DECEMBER 9, 2022
Internasional

Dinna Prapto Raharja: Indonesia Hadapi Darurat Politik Luar Negeri Akibat Kebijakan Donald Trump

image
100 Hari Kepemimpinan Trump, Tangani Masalah Imigrasi Ilegal (Antara)

ORBITINDONESIA.COM - Indonesia sedang menghadapi keadaan darurat politik luar negeri sebagai akibat dari kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, kata pakar hubungan internasional Synergy Policies, Dinna Prapto Raharja.

Berbicara dalam diskusi “100 Hari Trump: Tsunami Geopolitik dan Ekonomi bagi Indonesia” yang dipantau secara daring di Jakarta, Jumat, 2 Mei 2025, Dinna Prapto Rahardja mengatakan, tatanan politik ekonomi internasional dihancurkan oleh Trump selama periode kepemimpinannya yang kedua yang sudah berjalan selama 100 hari.

“Ekosistem global, di mana politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif itu melekat, berarti rusak. Jadi ini bukan kejadian biasa-biasa saja. Boleh saya katakan, ini darurat politik luar negeri sebenarnya,” kata Dinna Prapto Rahardja.

Baca Juga: Donald Trump Minta PM Israel Netanyahu "Bersikap Baik" Terhadap Warga Palestina di Jalur Gaza

Selain itu, ekonomi yang biasanya dijadikan alat diplomasi untuk membuka jalur kerja sama, justru menjadi alat untuk melumpuhkan negara-negara lain, kata Dinna seraya menambahkan “saat politik buntu, ekonomi masuk untuk membuka trust (kepercayaan).

Kebijakan yang dilakukan Trump, terutama tarif dagang, juga berdampak pada produk pertahanan dan keamanan, di mana China sangat berhati-hati mengenai hal tersebut, katanya.

“Makanya sejumlah rare earth mineral yang dia (China) punya, dia tahan supaya tidak diekspor lagi, sehingga produk-produk pertahanan ini berarti akan menjadi perlombaan baru, yang sebenarnya sudah terjadi,” jelas Dinna, seraya menambahkan tidak ada kepercayaan antara China dan AS.

Baca Juga: ANALISIS: Putin Telah Mengalahkan Banyak Presiden AS, Trump Hanyalah yang Terbaru

Dia melanjutkan, hal itu akan berdampak pada proliferasi (penyebaran atau transfer) senjata, di mana Indonesia perlu mengkhawatirkan kemungkinan serangan pendahuluan (pre-emptive strike) oleh negara mana pun yang merasa tersudutkan.

“Jadi kita harus waspada kalau Amerika Serikat mulai melontarkan … suara-suara … yang arahnya itu memancing untuk ada strike pertama,” ujar pakar hubungan internasional itu.

Selain itu, menurut Dinna, Indonesia juga perlu mewaspadai perang proksi yang dilakukan untuk memperluas persenjataan, penjualan dan pengaruh.

Baca Juga: The Wall Street Journal: Donald Trump Mungkin Akan Melonggarkan Tarif Impor Produsen Mobil

“Kemudian perang hibrida, yang menggunakan senjata konvensional dan bukan konvensional. Manipulasi ekonomi termasuk di dalamnya, disinformasi juga, nanti masuknya ke serangan siber,” katanya.

Halaman:

Berita Terkait