DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Mengukur Kecerdasan dan Potensi Tersembunyi

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Menyambut Aplikasi Knowing Myself+Healing LSI Denny JA (3)

ORBITINDONESIA.COM - Pada suatu pagi musim gugur tahun 1939, di ruang konsultasi kecil sebuah rumah sakit di New York, seorang pria muda duduk terpaku, gelisah.

Ia baru kembali dari medan perang. Dunia terasa asing baginya.

Kata-kata berjalan lambat. Pola pikirnya berkabut, seperti jendela berembun. Ada sesuatu yang retak dalam batinnya, namun tak kasat mata.

David Wechsler, seorang psikolog muda berdarah Rumania-Amerika, memperhatikannya dengan penuh simpati.

Ia sadar: tubuh bisa sembuh, tetapi luka batin sering mengendap jauh di dalam.

Itu wilayah yang hanya bisa disentuh dengan kelembutan pikiran.

Pada masa itu, dunia psikologi masih bertanya-tanya:

Bagaimana memahami jiwa manusia?

Bagaimana mengukur sesuatu yang tak kasat mata?

Wechsler memandang alat ukur yang tersedia, seperti Stanford-Binet Intelligence Scales, sebagai jendela sempit.

Alat itu terlalu akademik, mengabaikan kenyataan bahwa kecerdasan manusia adalah mozaik: bukan hanya logika, tetapi juga keluwesan berpikir, daya ingat, dan ketahanan jiwa.

Dalam keheningan ruang kecil itu, lahirlah benih sebuah revolusi:

Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS).

-000-

Kisah ini saya baca berulang-ulang ketika bersama tim menyusun aplikasi KnowingMySelf+Healing dari LSI Denny JA.

Aplikasi ini menggabungkan 13 tes psikologi, termasuk tes kecerdasan.

Bedanya, aplikasi kami lahir di era artificial intelligence (AI).

Ia mensinergikan 13 tes itu dalam 28 bahasa, bisa diakses 24 jam sehari, 7 hari seminggu, dan dilengkapi percakapan lanjutan untuk eksplorasi lebih dalam — bahkan untuk healing.

Pada awal abad ke-20, Alfred Binet di Prancis, dan Lewis Terman di Stanford University, menciptakan Stanford-Binet Intelligence Scales — tes IQ pertama di dunia.

Stanford-Binet mengukur lima faktor besar:

Fluid Reasoning

Knowledge

Quantitative Reasoning

Visual-Spatial Processing

Working Memory

Ia menjadi gold standard pertama dalam sejarah pengukuran kecerdasan — membuktikan bahwa intelegensi manusia bisa dipetakan.

Namun di balik pencapaiannya, Stanford-Binet tetap terbatas:

Mengukur manusia seakan-akan hanya dalam angka akademik, padahal manusia adalah galaksi pengalaman dan emosi.

Wechsler merasa: perlu ada pendekatan yang lebih manusiawi, lebih utuh.

Tahun 1939, di dunia yang bergolak, ilmu psikologi, lahir dari filsafat, mulai menemukan jalannya sendiri melalui eksperimen, statistik, dan kasih sayang klinis.

Dua kekuatan membentuk psikologi modern:

Psikometri, seni mengukur pikiran.

Psikologi Klinis, seni memahami luka batin.

Dalam zaman penuh keresahan itu, Wechsler membangun WAIS, sebuah peta penuh warna kecerdasan manusia.

WAIS mengukur empat dimensi utama:

Verbal Comprehension Index

Perceptual Reasoning Index

Working Memory Index

Processing Speed Index

Ia tidak lagi melihat kecerdasan sebagai satu angka beku, tetapi sebagai jaringan hidup — penuh dinamika dan potensi.

WAIS terus berkembang, hingga WAIS-IV dirilis pada 2008, menyesuaikan diri dengan temuan terbaru neurologi dan psikologi kognitif.

-000-

Kini, di tahun 2025, di tengah dunia yang semakin cepat dan terhubung, hadir inovasi yang membawa warisan Binet dan Wechsler ke rumah-rumah kita:

Knowing Myself + Healing.

Aplikasi ini memungkinkan siapa pun — dari mana saja — mengakses tes psikologi berbasis WAIS dan Stanford-Binet, tanpa harus ke klinik atau rumah sakit.

Mereka bisa mengukur kecerdasan, memetakan potensi tersembunyi, dan berbicara dengan konselor virtual untuk membangun kembali harapan yang sempat runtuh.

Teknologi ini adalah jembatan baru:

antara ilmu abad ke-20, dan kebutuhan manusia modern untuk menemukan dirinya — kapan pun, di mana pun.

-000-

Bayangkan kisah seperti ini.

Maria, 42 tahun, seorang insinyur dari Semarang, mengalami pendarahan otak kecil yang mengubah hidupnya.

Ia merasa dunia yang dulu ia kuasai kini berputar terlalu cepat.

Di sebuah malam penuh kegelisahan, ia membuka aplikasi Knowing Myself + Healing dari handphone kecilnya.

Di ujung tempat tidurnya yang sederhana, Maria memulai perjalanan kecil — menjawab pertanyaan demi pertanyaan.

Tak lama, hasilnya muncul:

Verbal Comprehension menurun, Processing Speed melambat.

Namun, Working Memory-nya tetap kuat — seperti bara kecil di tengah malam.

Seorang konselor virtual menyapanya melalui teks:

“Maria, ingatlah, kecerdasanmu bukan hilang. Ia hanya memilih jalur baru. Mari kita bangun bersama dari yang masih ada.”

Air mata Maria menetes.

Bukan karena ia kalah, tetapi karena untuk pertama kalinya dalam bulan-bulan panjang itu, ia melihat peta baru dalam dirinya.

Bulan demi bulan berlalu.

Maria menulis ulang hidupnya — bukan lagi sebagai insinyur teknik tinggi, tetapi sebagai guru matematika bagi anak-anak berkebutuhan khusus.

Ia mengajarkan angka-angka sederhana dengan cinta yang lahir dari luka dan pengertian.

Hari itu, Maria berkata:

“Knowing Myself + Healing bukan hanya memberiku skor. Ia memberiku harapan. Ia memberiku arah.”

-000-

Di zaman ini, algoritma bekerja lebih cepat dari angin.

Mereka mengukur, menghitung, dan menilai sebelum kita sempat menarik napas.

Di tengah kecepatan itu, aplikasi KnowingMyself+Healing dari LSI Denny JA membangun sesuatu yang berbeda: sebuah mercusuar, berdiri diam di lautan digital.

Tidak menunjuk arah, tidak membunyikan alarm.

Ia hanya ada, berkelip, seakan berkata: “Jika kau mau, aku di sini.”

Tetapi, bisakah serangkaian angka benar-benar mengukur sesuatu yang diam dan luas seperti kesedihan?

Stanford-Binet membuka pintu.

Wechsler membangun rumahnya.

Kini, Knowing Myself + Healing membentangkan jembatan ke masa depan.

Mengukur manusia bukanlah mengurungnya dalam angka.

Mengukur manusia adalah menyentuh keajaiban batin: kapasitas untuk bertahan, berubah, dan tetap mencintai dunia.

Karena setiap IQ, setiap Working Memory yang tersisa, setiap Processing Speed yang lambat namun setia, adalah bagian dari simfoni besar yang disebut: kehidupan.

WAIS, Stanford-Binet, Knowing Myself + Healing — semuanya hanyalah alat.

Yang sejatinya diukur adalah kemuliaan jiwa manusia.***

Jakarta, 28 April 2025

-000-

Ratusan esai Denny JA soal filsafat hidup, political economy, sastra, agama dan spiritualitas, politik demokrasi, sejarah, positive psychology, catatan perjalanan, review buku, film dan lagu, bisa dilihat di FaceBook Denny JA’s World

https://www.facebook.com/share/19BYCVVYzN/?mibextid=wwXIfr

Halaman:

Berita Terkait