Kincir Waktu Sir Azyumardi Azra, Sepercik Kenangan Pribadi
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 18 September 2022 17:12 WIB
Terkesan oleh sikapnya, saya tanyakan mengapa beliau bersedia memberikan testimoni bagi dua karya saya secara berturutan—dalam bentuk fiksi pula bukan karya ilmiah—beliau menjawab, “Saya selalu senang jika ada orang menulis dan melahirkan karya. Karena Uda Akmal percaya kepada saya membaca naskah Uda, maka saya alokasikan waktu untuk membaca dan memberikan testimoni. Ini bisa dilihat wakaf ilmu saya untuk Uda Akmal. Semoga bermanfaat.”
Baca Juga: Menolak Lupa: Peristiwa Tanjung Priok, September 1984
Masyaa Allah. Sungguh sikap ngemong tiada kira dari seorang Guru (dengan “G” besar) yang luar biasa mendukung dan mendorong seorang murid yang awam paripurna.
Selain untuk testimoni novel, opini-opini saya dalam tajuk SKEMA [Skema Masyarakat] pun hampir selalu beliau komentari, baik di sejumlah WAG yang kami ikuti bersama atau melalui japri. Topik terakhir yang saya tulis, dan Prof Edi komentari, menyangkut tewasnya seorang santri akibat tindak kekerasan kawannnya di sebuah ponpes terkemuka. Prof. Edi menyatakan setuju dengan poin-poin yang saya sampaikan dalam SKEMA itu.
Hari ini Sang Kincir Waktu Pemikiran dan Peradaban Indonesia Kontemporer ini kembali ke haribaan Allah Azza wa Jalla. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.
Saya bersaksi Prof Azyumardi Azra adalah seorang Guru Besar yang sederhana, cendekiawan produktif, penulis prolifik, senior berpengalaman, sahabat pendorong, yang tinggi ilmu dan rendah hati. Indonesia kehilangan salah seorang pemikir dan akademisi teladan yang bermarwah dan bermartabat.
Baca Juga: Inilah Pemikiran Azyumardi Azra Mengenai Pendidikan Islam di Indonesia
Selamat jalan ke Negeri Keabadian, Sir!
Kepulanganmu diiringi lantunan zikir semesta raya yang mendaraskan kemuliaan firman.
“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya!” (QS 89: 27-28).” ***