
Dari tempat tinggalnya di Banten, Tan Malaka mengendus bakal ada peristiwa penting menyusul kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik.
Sejak 15 Agustus 1945, Tan Malaka coba mengontak tokoh-tokoh pemuda di Jakarta. Hasilnya nihil. Ia akhirnya berpaling ke Achmad Soebardjo, tokoh senior yang punya kedudukan penting di masa pendudukan Jepang dan menjadi Menteri Luar Negeri pertama setelah kemerdekaan.
Di salah satu rumah di Jalan Cikini Raya, Jakarta, itulah Tan Malaka menampakkan diri pada 25 Agustus 1945.
Soebardjo telah dia kenal di Belanda ketika menjalani masa pembuangan.
“Wah, kau Tan Malaka. Saya kira kau sudah mati, sebab di surat kabar kau disebut menjadi korban dalam kerusuhan di Burma,” kata Soebardjo seperti diceritakan Harry Poeze dalam Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia Jilid 1.
Tan Malaka menjawab dalam bahasa Belanda sambil tertawa, "Onkruid vergaat toch niet.”
Jika diterjemahkan, begini artinya: ilalang tak dapat musnah jika tak dicabut dengan akar-akarnya.
Soebardjo segera menawarkan paviliun rumahnya ketika mendengar Tan Malaka tak punya tempat berteduh di Jakarta.
Ia penasaran ingin mendengar kisah pelarian sang legenda itu.
Baca Juga: Partai Murba Berusia 76 Tahun, Pjs Sekjen Ben Ibratama Tanur Sebar Undangan
Bertemu Soekarno