DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Esai Denny JA: Berdirinya Partai Politik Pertama

image
Ilustrasi (Istimewa)

“Jika ini akhirku, biarlah Indonesia membaca namaku di bintang-bintang.”

Tjipto menggenggam kitab suci di tangannya:
“Apakah Tuhan mendengar suara yang tercekik di lautan asing?”

Ki Hajar memejamkan mata,
mendengar suara anak-anaknya memanggil dari kejauhan:
“Kelak mereka akan tahu,
Ayah mereka di sini untuk kemenangan yang lebih besar.”

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Salman Berjumpa Tunawisma di London

Mereka menyadari.
kesedihan ini milik pejuang.
Hadir.
Selalu.

“Apakah mimpi ini terlalu besar?”
Tanya Tjipto.
Ki Hajar menjawab, dengan suara getir:
“Mungkin. Tapi mimpi besar,
adalah satu-satunya yang layak diperjuangkan.”

-000-

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Sebagai Imigran, Ia Masih Luka

Ketika Partai Hindia gugur di usia muda,
roda dunia terus berputar,
seolah tak peduli.

Tapi partai  itu hanya mati di atas kertas.
Gelora merdeka tak pernah diukur dengan dokumen.

Spiritnya berhembus seperti angin malam,
tak terlihat, tapi terasa,
merasuk dalam.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Anak Palestina Itu Menulis Surat untuk Ibunya yang Hilang

Ia berpindah dari hati ke hati,
memantik nyala yang lebih besar. 
Jauh lebih besar.

Halaman:

Berita Terkait