DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Hendrawan Basel: Rintik di Kota Kecil

image
Ilustrasi rintik di kota kecil (Foto: Satrio)

ORBITINDONESIA.COM - Angin lembut menyapu dedaunan,
hujan rintik datang perlahan,
langit kelabu memeluk awan,
suara rintiknya bagai nyanyian.
Di jalan kecil berbalut sepi,
gerimis melukis hari yang hening.
Anak-anak berlari tanpa alas kaki,
tertawa riang di bawah langit dingin.

Bunga-bunga basah di tepi pagar,
air menetes dari ranting cemara,
sejuta aroma tanah berdebar,
menggugah kenangan yang lama tersisa.
Kota kecil ini seperti pelukan,
hangat meski hujan menyelimuti.
Bumi bersyukur pada sang hujan,
kehidupan tetap bersemi, tak henti.

Dari jendela rumah kayu tua,
secangkir teh mengepul pelan,
diiringi lagu hujan yang syahdu,
hati pun tenang dalam keheningan.
Seorang nenek merenda kenangan,
di kursinya, ia tenang bercerita.
Waktu mengalir tanpa beban,
hujan menjadi saksi segala rasa.

Baca Juga: Puisi Hendraone Basel: Putaran Waktu

Langit mulai temaram keunguan,
awan menggantung, bagaikan tirai,
burung-burung pulang ke sarang,
senja mengintip di ujung sungai.
Pelangi kecil coba tersenyum,
meski ragu menampakkan diri.
Rintik hujan masih menari lembut,
membasahi dunia dengan harmoni.

Lampu jalan mulai menyala redup,
refleksi air menari di aspal,
suara gerobak pedagang menyusup,
mencari pelanggan di bawah gerimis kecil.
Ada aroma jagung bakar di angkasa,
menggoda hati dalam kesederhanaan.
Hujan menyatu dengan suara tawa,
menciptakan damai yang tak berkesudahan.

Kini malam mulai mengambil peran,
hujan pun mereda, seolah lelah,
gemericiknya tinggal kenangan,
meninggalkan jejak di tanah basah.
Kota kecil kembali hening,
namun penuh cerita yang abadi.
Dalam hujan, cinta mendalam tercermin,
menyisakan rindu di hati yang sunyi.

Baca Juga: Puisi Hendraone Basel: Bias Otoritas

Januari 2024

Hendraone Basel ***

Berita Terkait