Puisi Esai Denny JA: Dua Matahari di Ufuk yang Berbeda, Tjokroaminoto dan Semaun
- Kamis, 23 Januari 2025 17:42 WIB
“Tembuslah kegelapan tanpa kekerasan.”
“Belajar menata pesan.
Jadikan ia benteng,
bagi mereka yang tertindas, terhimpit.”
“Rangkai strategi dari ketenangan,
bakar semangat tanpa memusnahkan diri.”
Semaun menyerap petuah guru.
Ia tanah kering menyambut hujan.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Sebagai Imigran, Ia Masih Luka
Di bawah naungan Tjokro,
Semaun tumbuh, menjadi api yang berkobar,
mencari langitnya sendiri,
terbang bebas.
-000-
Namun, waktu mengubah segala.
Mata Semaun tak lagi hanya melihat cahaya.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Anak Palestina Itu Menulis Surat untuk Ibunya yang Hilang
Ia menyaksikan luka,
penderitaan buruh,
keringat yang jatuh tanpa harga.
Ia membaca buku-buku dari tanah yang jauh.
Petuah dan kata Karl Marx,
Lenin,
Leon Trotsky,
mengalir menjadi bah lava,
menghancurkan bendungan kesadaran.
Di luar Sarekat Islam, ia melihat dunia yang keras,
terpesona oleh revolusi.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Dan Lahirlah Budi Utomo
Perjuangan bukan doa,
tapi palu yang memecahkan rantai.