DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Esai Denny JA: Dua Matahari di Ufuk yang Berbeda, Tjokroaminoto dan Semaun

image
Ilustrasi (Istimewa)

Di kejauhan,
kulihat dua bayangan berdiri tegak,
dua bintang yang dulu seirama, kini retak.

Tjokroaminoto dan Semaun,
guru dan murid, dalam tatap yang asing.
Berdebat,
tembakkan puluhan kata.

Jejak mereka terukir di pasir sejarah.
Karena keyakinan,
menjadi sungai yang berpisah.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Sebagai Imigran, Ia Masih Luka

Aku hanya menunggu di luar.
Berharap mereka akhirnya satu kata.

-000-

Kuingat, enam belas tahun silam,
seorang pemuda mengetuk pintu sejarah,
dengan mata nyala, penuh bara.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Anak Palestina Itu Menulis Surat untuk Ibunya yang Hilang

“Semaun,” ia memperkenalkan diri.

“Ajari aku, Guru,” pintanya.
Ia api kecil mencari angin,
berharap bara di dadanya menyala.

Tjokro tersenyum,
membawa Semaun ke dunia imajinasi:

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Dan Lahirlah Budi Utomo

“Kata adalah pedang,
orasi itu perisai.”
“Pemikiran adalah cahaya,” bisik Sang Guru.

Halaman:

Berita Terkait