DECEMBER 9, 2022
Buku

Transformasi Kepemimpinan Diri dalam Buku Karya Stephen R Covey

image
Stephen R. Covey (Foto: HRD Forum)

Kebiasaan pertama adalah Be Proactive atau menjadi proaktif. Covey menekankan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan memilih bagaimana merespons situasi. Proaktivitas bukan hanya tentang mengambil inisiatif, tetapi juga tentang menyadari bahwa kita adalah pencipta nasib kita sendiri. Kita tidak boleh membiarkan keadaan eksternal mengontrol hidup kita.

Kebiasaan kedua, Begin with the End in Mind, mengajarkan pentingnya memiliki visi yang jelas tentang tujuan akhir kita.

Covey mendorong pembaca untuk membayangkan diri mereka di pemakaman mereka sendiri, memikirkan apa yang ingin diingat orang lain tentang mereka. Dari refleksi ini, pembaca diajak untuk menuliskan misi hidup mereka, sehingga mereka dapat hidup dengan arah yang jelas.

Baca Juga: Budhy Munawar Rachman: Sekolah dan Lembaga Pendidikan Justru Mendorong Keberagamaan yang Eksklusif

Kebiasaan ketiga, Put First Things First, adalah tentang manajemen waktu dan prioritas. Covey membedakan antara hal-hal yang mendesak dan penting, mengingatkan pembaca untuk tidak terjebak dalam tugas-tugas mendesak yang tidak penting. Dia memperkenalkan matriks manajemen waktu yang membantu pembaca fokus pada hal-hal yang benar-benar penting untuk jangka panjang.

Setelah mencapai "kemenangan pribadi" melalui tiga kebiasaan pertama, Covey beralih ke "kemenangan publik" dengan kebiasaan keempat hingga keenam. 

Kebiasaan keempat, Think Win-Win, adalah pola pikir yang mencari keuntungan bersama dalam setiap interaksi. Covey menekankan bahwa hubungan jangka panjang hanya dapat terjalin jika kedua belah pihak merasa diuntungkan. Dia menyebutkan bahwa berpikir menang-menang memerlukan integritas, kematangan emosional, dan mentalitas kelimpahan.

Baca Juga: Budhy Munawar Rachman: Di Era Kini Agama yang Dibutuhkan Adalah yang Ramah Dengan Manusia dan Lingkungannya

Kebiasaan kelima, Seek First to Understand, Then to Be Understood, menyoroti pentingnya mendengarkan dengan empati. Covey menunjukkan bahwa banyak orang mendengarkan bukan untuk memahami, tetapi untuk merespons. Ini menciptakan komunikasi yang dangkal dan sering kali menghasilkan konflik. Dengan memahami terlebih dahulu, kita menciptakan landasan kepercayaan yang memungkinkan komunikasi sejati.

Kebiasaan keenam, Synergize, adalah tentang memanfaatkan perbedaan untuk menciptakan solusi yang lebih baik daripada yang bisa dicapai oleh satu individu saja. Covey menggambarkan sinergi sebagai kombinasi kekuatan dan bakat individu yang menghasilkan hasil yang lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya.

Akhirnya, kebiasaan ketujuh, Sharpen the Saw, adalah tentang pembaruan diri yang berkelanjutan. Covey mengajak pembaca untuk secara aktif merawat empat dimensi kehidupan: fisik, mental, sosial/emosional, dan spiritual. Tanpa pembaruan ini, seseorang akan cepat kelelahan dan kehilangan efektivitas.

Baca Juga: Budhy Munawar-Rachman: Lomborg, Ekologi, dan Ulil 

Dalam buku ini, Covey memberikan banyak contoh konkret dari kehidupan pribadi maupun profesional yang mendukung konsep-konsep yang dia ajarkan. Misalnya, dia menceritakan pengalamannya bekerja dengan para pemimpin perusahaan yang sering kali terjebak dalam kesibukan harian tanpa meluangkan waktu untuk merencanakan tujuan jangka panjang. Contoh lain adalah pengalaman keluarga Covey sendiri dalam mendukung anak-anaknya untuk tumbuh dan berkembang tanpa memaksakan harapan yang berlebihan.

Halaman:

Berita Terkait