Kembalinya Buku Cetak ke Sekolah-sekolah Swedia
- Penulis : Maulana
- Sabtu, 18 Januari 2025 08:24 WIB
Obsesi terhadap layar ini juga menimbulkan tanda-tanda tentang keterampilan sosial dan rentang perhatian di lingkungan sekolah. Orang tua dan guru cukup vokal mengenai masalah ini; banyak orang tua khawatir tentang anak-anak mereka yang menggunakan komputer untuk hal-hal selain belajar.
Uang Berbicara: Berinvestasi dalam Metode Lama
Untuk mengatasi masalah ini, Swedia menganggarkan 104 juta euro untuk mengembalikan buku-buku ke ruang kelas dari tahun 2022 hingga 2025. Jumlah yang cukup besar guna memastikan setiap siswa mendapatkan buku teks untuk setiap mata pelajaran. Dana tersebut juga akan digunakan untuk kampanye yang membantu sekolah-sekolah agar kembali ke cara belajar tradisional.
Baca Juga: Psikolog Gisella Tani Pratiwi: Pendidikan yang Komprehensif Lindungi Anak dari Kekerasan Seksual
Ini bukan tentang meninggalkan alat digital sama sekali, melainkan menemukan titik temu di mana teknologi mendukung teknik pembelajaran dasar dan bukan malah mengambil alih sepenuhnya.
Memikirkan Kembali Rencana Permainan: Pelajaran Pembelajaran
Para pejabat Swedia telah melihat adanya penurunan kemampuan utama yaitu membaca dan menulis di kalangan siswa--terutama dikarenakan mereka telah terpaku pada layar sejak kecil. Sekarang pemerintah Swedia melihat hal ini sebagai suatu kesalahan--yaitu mengabaikan metode tradisional terlalu cepat tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjangnya.
Baca Juga: Dinas Pendidikan DKI Jakarta Pastikan Pencairan KJP Plus dan KJMU Tahap II 2024 Tepat Sasaran
Membawa kembali buku bukan berarti mereka membuang teknologi ke luar dari jendela; ini tak lain berarti bahwa mulai saat ini mereka akan menggunakan alat digital dengan lebih bijak. Alat-alat ini masih bagus untuk memadukan gaya mengajar atau mendapatkan sumber daya online, namun akan digunakan dengan cara yang lebih moderat di masa mendatang.
Pilihan Swedia tersebut menyoroti betapa pentingnya menemukan keseimbangan dalam pendidikan--ini merupakan suatu hal yang relevan di seluruh dunia karena sekolah-sekolah di mana pun mencoba memadukan teknologi dengan fondasi pendidikan yang kuat.
Ketika negara Nordik ini kembali ke metode tradisional, hal ini menjadi tanda peringatan sekaligus contoh bagi negara lain yang tengah mencari keselarasan antara inovasi dan tradisi dalam sistem pendidikan di seluruh dunia.
Baca Juga: Presiden Prabowo Temui Grand Syekh Al Azhar, Pererat Hubungan Keagamaan dan Kerja Sama Pendidikan
Notes: