DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Elza Peldi Thaher: Jika Buku Gratis, Buat Apa Menulis?

image
Elza Peldi Thaher. (OrbitIndonesia/kiriman)

Tapi saya merasa pesimisTIS bahwa ide ini akan berjalan baik, mengingat perhatian pemerintah yang cenderung terfokus pada urusan politik, sedangkan filantropi yang mendukung dunia literasi masih sangat terbatas.

Banyak pihak yang belum sepenuhnya menyadari pentingnya buku sebagai sarana untuk membangun peradaban. Peradaban itu sendiri tercipta oleh individu yang memiliki waktu dan kesempatan untuk menulis, terutama dalam bentuk buku.

Penulis perlu mendapat dukungan agar mereka bisa menghasilkan karya-karya yang berpotensi mengubah peradaban.

Baca Juga: Elza Peldi Taher: 60 Tahun Denny JA, Catatan Seorang Sahabat

Buku-buku karya Karl Marx, sampai sekarang masih memengaruhi banyak orang di seluruh dunia, juga karya-karya Mahatma Gandhi, Bunda Teresa, dan sejumlah penulis besar lainnya yang telah memberikan kontribusi signifikan dalam membentuk sejarah dan peradaban manusia.

Kembali ke inti masalah, meskipun karya kita dibaca oleh banyak orang, jika tidak ada imbalan materi yang sebanding, untuk apa kita menulis?

Menulis ibarat menanam benih dalam tanah yang gersang—tanpa nutrisi yang memadai, benih itu sulit tumbuh menjadi pohon yang bermanfaat.

Baca Juga: Elza Peldi Taher tentang Mahakarya Randai II: Malin Kundang, Durhaka yang Membawa Bencana

Penulis, sebagai penjaga cahaya peradaban, seharusnya mendapat penghargaan yang layak agar mereka terus mampu menyalakan api kreativitas dan memberikan dampak positif bagi masyarakat.

Tanpa imbalan yang pantas, semangat untuk menulis bisa meredup, seperti api yang kekurangan kayu bakar. ***

Pondok Cabe Udik 4 Januari 2025

Baca Juga: Elza Peldi Taher: Keadilan Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi

Halaman:

Berita Terkait