Catatan Elza Peldi Thaher: Jika Buku Gratis, Buat Apa Menulis?
- Penulis : Krista Riyanto
- Sabtu, 04 Januari 2025 09:46 WIB
Buku, yang dulu bisa membuat seorang penulisnya menjadi kaya raya, sekarang menjadi barang gratisan di dunia maya.
Buat penulis seperti Denny JA, itu mungkin tak masalah, karena ia sudah berkecukupan secara materi. Tapi bagaimana dengan penulis lain yang selama ini mengggantungkan hidup mereka dari menulis? Bagaimana mereka bisa bertahan hidup jika karya mereka tidak lagi menghasilkan materi.
Untuk apa menulis jika tak mendapat imbalan dalam bentuk materi?
Baca Juga: Elza Peldi Taher: 60 Tahun Denny JA, Catatan Seorang Sahabat
000
Kini telah datang era ketika karya penulis dapat dengan mudah tersebar secara gratis melalui format digital seperti PDF atau platform online lainnya, termasuk bajakan, yang membuatnya dapat diakses oleh publik secara luas.
Hal ini menyebabkan pencetakan dan penjualan buku menjadi semakin sulit, karena begitu sebuah buku terdistribusi secara digital, buku tersebut langsung bisa dinikmati oleh banyak orang tanpa biaya, berkat kemajuan teknologi digital.
Baca Juga: Elza Peldi Taher tentang Mahakarya Randai II: Malin Kundang, Durhaka yang Membawa Bencana
Dampaknya akan terasa kepada penulis yang berharap karyanya dihargai secara materi.
Pemerintah atau lembaga yang peduli terhadap dunia kepenulisan, seperti SATUPENA, sebenarnya dapat membantu penulis menerbitkan karya-karya mereka.
Setiap buku yang diterbitkan akan melalui proses seleksi, di mana hanya karya yang dianggap layak dan berkualitas yang akan diterbitkan.
Baca Juga: Elza Peldi Taher: Keadilan Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi
Dengan dukungan lembaga seperti SATUPENA, penulis dapat memperoleh imbalan materi yang pantas atas karya mereka, meskipun karya tersebut kemudian beredar secara gratis di publik. Hal ini memastikan bahwa penulis tetap mendapatkan penghargaan yang sesuai, sementara karya mereka tetap dapat dinikmati oleh masyarakat luas tanpa hambatan.