Puisi Esai Denny JA: Ambillah Ginjal Ibu, Anakku
- Minggu, 22 Desember 2024 12:44 WIB
“Nak, tubuh ibu hanyalah sebuah jembatan.
Ia tidak pernah takut runtuh,
asalkan kau bisa melewatinya dengan selamat.”
Ketika mereka masuk ke ruang operasi,
doa-doa disemai menjadi aliran sungai,
mengalir di hati semua orang.
Waktu berhenti,
Daun tertahan di udara,
menunggu angin menjatuhkannya.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Bom itu Meledak di Satu Sahur, di Bulan Puasa, di Gaza
Jam dinding berdetak,
menjadi palu takdir yang menghitung masa depan.
selamat atau mati.
Ketika Mila bangun,
ia merasa sesuatu yang berbeda.
Tubuhnya lebih ringan,
napasnya lebih lapang.
Ia menangis.
“Ibu, aku bisa hidup lagi.”
Kartini tersenyum dari ranjang sebelah.
Wajahnya pucat, tubuhnya lemah,
tapi di matanya ada cahaya.
Baca Juga: Puisi Denny JA: Kulihat Raksasa Itu Tumbang
“Ibu melahirkanku kedua kali.
Sekali dari rahimmu
dan sekali lagi dari ginjalmu.”
Kini, Mila berjalan di taman,
menatap langit biru tanpa rasa takut.
Kartini duduk di bangku,
menyaksikan anaknya dengan takjub, walau ginjalnya tinggal separuh.
Kasih ibu lautan tanpa tepi.
Ia terus mengalirkan gelombang ke pantai,
bahkan ketika pasir mencoba menjauh.
Baca Juga: Puisi Denny JA: Dilema di Tanah Asing
Dan Mila adalah kapal kecil,
yang ia jaga agar tak pernah karam,
meski badai terus datang.