Mahmoud Afandi: Suriah Akan Terpecah Menjadi Beberapa Zona yang Dikendalikan Kekuatan Asing
- Penulis : Abriyanto
- Selasa, 17 Desember 2024 06:09 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Suriah mungkin secara formal tetap menjadi negara kesatuan, namun secara de facto akan segera terpecah menjadi beberapa zona pengaruh yang dikendalikan oleh negara-negara asing.
Hal itu terjadi akibat kekosongan kekuasaan setelah penggulingan Presiden Bashar Assad, ujar Sekretaris Jenderal Gerakan Diplomasi Populer Suriah, Mahmoud Afandi, yang berpartisipasi dalam pembicaraan damai di Astana dan Jenewa, kepada RIA Novosti.
"Kepergian Bashar Assad dan pemerintahannya menciptakan kekosongan politik yang besar. Banyak negara kini berupaya memasuki Suriah," kata Afandi.
Baca Juga: Kemlu RI: 37 Warga Negara Indonesia dari Suriah Sedang Dalam Perjalanan Menuju Jakarta
"Ini berarti Suriah sebagai negara kesatuan tidak akan ada lagi, karena akan ada zona pengaruh dan pemerintahan yang berbeda. Menurut saya, Suriah seperti yang kita kenal (fisiknya) masih ada hingga saat ini, tetapi tidak lagi sama," kata Afandi.
Ia memprediksi bahwa negara tersebut akan terpecah menjadi beberapa bagian yang dikuasai oleh Turki di barat laut, Israel di selatan, serta Irak dan Yordania di timur.
"Masa depan tetap tidak pasti, tetapi negara seperti yang kita kenal sudah tidak ada lagi. Kita bisa melupakan kedaulatan Suriah selama 20 tahun ke depan," kata Afandi.
Baca Juga: Menlu David Lammy: Inggris Telah Jalin Kontak Diplomatik dengan Kelompok HTS Suriah
"Kita lihat saja apa yang akan terjadi. Kemarin, tentara Turki sebagian telah memasuki kota Aleppo. Ini berarti mereka jelas tidak akan meninggalkan wilayah itu," ujar Afandi.
Selama kepemimpinan Assad di Suriah, Gerakan Diplomasi Populer tidak memiliki perwakilan di parlemen, tetapi berpartisipasi dalam pembicaraan damai yang berbasis di Astana dan Jenewa.
Pasukan bersenjata oposisi Suriah merebut ibu kota Damaskus pada 8 Desember.
Baca Juga: Pasca Jatuhnya Assad, Pasukan Rusia Tetap Beroperasi di Pangkalan Udara Khmeimim, Suriah
Pejabat Rusia mengumumkan bahwa Assad, yang telah memimpin negara tersebut selama 14 tahun, mengundurkan diri sebagai presiden dan meninggalkan Suriah menuju Rusia, di mana ia diberikan suaka.