DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Air Mata Jurnalis Perang, Inspirasi dari Film Lee

image
Catatan Denny JA: Air Mata Jurnalis Perang, Inspirasi dari Film Lee. (istimewa)

Film ini tidak hanya memotret peristiwa sejarah, tetapi juga menggali aspek batin dari seorang wanita yang terperangkap dalam dilema moral dan emosional saat menjadi saksi dari kebengisan manusia.

Dengan sinematografi yang megah dan penceritaan yang penuh empati, Lee membawa penonton ke dalam kehidupan pribadi dan profesional yang sangat dinamis, penuh kontradiksi, dan sangat manusiawi. 

Film ini menunjukkan bagaimana Lee Miller tidak hanya mengabadikan sejarah, tetapi juga menjadi bagian dari sejarah itu sendiri, dengan semua luka dan kebanggaan yang menyertainya.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Ilmu Menjadi Tanah Air Pengganti

-000-

Lee Miller adalah simbol dari keberanian manusia untuk menghadapi yang terburuk, dan keengganan untuk mengungkapkan rasa sakit yang paling dalam. 

Dia adalah saksi yang membawa pulang kengerian perang dalam foto-foto, tetapi juga membawa pulang trauma yang mengubah hidupnya.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Untuk Mereka yang Terbuang di Tahun 1960-an

Kisah hidupnya pengingat bahwa saksi mata seringkali memikul beban yang sama beratnya dengan korban. Dan meskipun mereka mungkin mencoba menyembunyikannya, seperti Lee menyimpan foto-fotonya di loteng, akhirnya kebenaran itu selalu muncul ke permukaan. 

Karya-karyanya, yang sempat tersembunyi, kini abadi, berbicara tentang kehancuran dan keindahan, keberanian dan kelemahan, kemenangan dan kesakitan.

Lee Miller mengajarkan kita bahwa perang tidak pernah hanya tentang medan tempur. Ia juga tentang perang batin, yang terus berlanjut bahkan setelah senjata-senjata berhenti ditembakkan. 

Baca Juga: Catatan Denny JA: Seniman yang Tak Kembali

Sebagai saksi, dia tidak hanya mengabadikan sejarah, tetapi juga menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang rapuh, yang meskipun terlihat kuat, tetap bisa patah di dalam.

Halaman:

Berita Terkait