Catatan Denny JA: Air Mata Jurnalis Perang, Inspirasi dari Film Lee
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Jumat, 25 Oktober 2024 07:29 WIB
Bahkan hubungannya dengan anaknya, Antony Penrose, menjadi rumit. Miller yang dulu ceria dan penuh energi menjadi pribadi yang sulit didekati, seorang ibu yang terluka oleh apa yang dilihatnya selama perang.
Hijrah dari Model ke Jurnalis Perang
Perjalanan hidup Lee Miller penuh dengan perubahan. Lahir di Poughkeepsie, New York, pada 1907, Miller memulai kariernya sebagai model.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Ilmu Menjadi Tanah Air Pengganti
Pada usia muda, dia menarik perhatian Condé Nast, pendiri Vogue, yang menjadikannya wajah sampul majalah tersebut. Namun, kehidupan sebagai model tidak cukup baginya.
Keinginannya untuk menjadi kreator, bukan hanya objek, membawanya ke Paris, di mana dia bergabung dengan dunia seni avant-garde dan belajar fotografi di bawah bimbingan Man Ray.
Di Paris, Miller menjalin hubungan dengan komunitas seniman surealis, tetapi jiwanya terus meronta mencari makna lebih. Setelah kembali ke New York dan membuka studio fotografi, hidupnya kembali berubah ketika Perang Dunia II meletus.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Untuk Mereka yang Terbuang di Tahun 1960-an
Miller memutuskan untuk menjadi jurnalis perang, meninggalkan gemerlap dunia mode dan seni untuk merekam kengerian yang tak terbayangkan.
Sebagai fotografer perang untuk Vogue, dia meliput berbagai peristiwa penting di Eropa—dari pembebasan Paris hingga kamp konsentrasi Dachau dan Buchenwald.
Trauma di Medan Perang
Baca Juga: Catatan Denny JA: Seniman yang Tak Kembali
Momen yang mungkin paling membekas dalam hidupnya adalah ketika dia memasuki kamp-kamp konsentrasi yang baru dibebaskan. Foto-foto yang dia ambil di Dachau dan Buchenwald adalah bukti visual yang tidak bisa dipungkiri dari kekejaman Nazi.