Kondisi Terkini Ekonomi Israel Makin Suram Setelah Setahun Perang Genosida yang Brutal ke Gaza Palestina
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Minggu, 06 Oktober 2024 10:04 WIB
“Pelabuhan Eilat juga bangkrut, yang merupakan satu-satunya pelabuhan yang dimiliki Israel di Laut Merah,” ujar Hever.
“Pariwisata berada di angka nol. Tidak ada pariwisata ... Secara keseluruhan, investasi internasional di Israel hampir nol.”
Kekhawatiran besar, kata Hever, adalah sektor teknologi tinggi Israel, yang dulu merupakan “bagian terpenting dari ekonomi Israel.”
“Perusahaan teknologi tinggi ini menggunakan semua sumber daya untuk mencoba pindah lokasi. Mereka sangat khawatir bahwa mereka tidak bisa beroperasi di Israel dalam kondisi saat ini,” katanya.
“Mereka tidak percaya bahwa para pekerja tidak akan dikirim berperang. Mereka tidak percaya bahwa wilayahnya aman. Mereka tidak percaya bahwa ekonomi stabil. Mereka tidak percaya bahwa pemerintah tidak akan campur tangan dan menyita properti mereka.”
Perusahaan-perusahaan ini sekarang “berusaha menjual diri mereka ke luar,” katanya, mengutip contoh perusahaan keamanan siber Israel, Wiz, yang sedang mengincar akuisisi Google senilai 23 miliar dolar AS (sekitar Rp358,8 triliun) yang menarik perhatian media besar di negara tersebut.
Baca Juga: Koridor Aman di Gaza oleh Pengeboman Brutal Israel Diubah Menjadi Koridor Kematian Penuh Mayat
“Tapi, tentu saja, Google membatalkan kesepakatan ini. Mereka tidak pernah membeli ... Mereka tidak ingin melakukan investasi semacam itu.”
Hukum Internasional dan Sanksi
Ekonomi Israel, kata Hever, bekerja dalam keadaan darurat yang konstan, yang merupakan satu-satunya hal yang mencegah keruntuhan total.
Baca Juga: WHO Sebut Lebih 6 Persen dari 2,3 Juta Populasi Gaza Tewas atau Terluka Tahun Terakhir
“Orang-orang ingin ada pemilu. Mereka ingin ada proses penyelidikan semua korupsi dan kasus-kasus,” ujarnya. “Tapi selama situasi militer dan keamanan begitu sulit dan begitu dalam momen darurat, semua ini ditunda.”