Catatan Denny JA: Mencari Akar Keluarga di Kebumen
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Senin, 16 September 2024 08:37 WIB
Salju turun.
Namun Sartono rasakan,
bukan dinginnya malam di Rusia,
tapi hangatnya sore Kota Kebumen,
desiran angin pohon kelapa
dari desa di Jawa Tengah.
Sartono menyerah.
Tahun 1970, ia resmi menjadi warga Rusia.
Harapan pulang semakin jauh.
Pubarto tumbuh besar di Rusia.
Tapi Sartono sampaikan pesan itu.
Selalu.
Meyakinkan itu.
Selalu.
“Kau orang Jawa, Nak.
Tanah leluhurmu itu Indonesia.
Suatu hari kau harus ke sana.
Menjenguk makam Kakek dan Nenek.
Di dinding, peta Indonesia tetap tergantung.
Waktu membuat peta memudar.
Sartono mati.
Pubarto tepati janji.
Sampailah ia di Kebumen.
Di hadapan makam Kakek dan Nenek,
di bawah pohon kelapa yang rindang,
Pubarto duduk,
menyentuh makam,
memandangnya.
“Kakek, Nenek,
Kubawa dua cincin Ayah.
Sesuai wasiat,
Ayah ingin cincin ini,
dipendam di makam Kakek dan Nenek.
Sebagai tanda.
Cinta Ayah pada Kakek,
pada Nenek,
dan pada tanah Kebumen,
tak pernah pudar.”
Baca Juga: Catatan Denny JA: Di Kereta Itu, Tak Ditemukannya Sepasang Mata Bola
Angin berhembus lembut,
membawa senyuman Kakek,
menyampaikan air mata Nenek,
untuk Cucu, yang tak pernah dikenalnya,
untuk Anaknya, Sartono, yang tak pernah kembali.