Catatan Denny JA: Mencari Akar Keluarga di Kebumen
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Senin, 16 September 2024 08:37 WIB
Sementara Ayah,
datang dari zaman berbeda,
terasing, terbuang,
dari negara sendiri.
Tahun 1962, ayahnya, Sartono, berangkat ke Rusia.
Bung Karno mengirimnya untuk belajar.
Di dalam kopernya ada buku,
dan bendera merah putih.
Di dalam dadanya,
ada janji kepada kedua orang tua:
“Aku akan pulang,
membangun negeri.”
Namun badai politik tahun 1965,
menggulung habis mimpi.
Mengubah hidup.
Raksasa berperang di desa dan kota.
Di hutan, hewan terpanah.
Di sungai, ikan berdarah.
Rezim berubah.
Negeri yang mengirimnya belajar kini menolaknya.
Sartono bagian rezim lama,
harus ditumpas hingga ke akar.
Surat-surat dari tanah air berhenti.
Paspor Sartono dicabut.
“Mengapa negara melupakan kita, Ayah?”
tanya Pubarto saat kecil.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Di Kereta Itu, Tak Ditemukannya Sepasang Mata Bola
Tahun demi tahun berlalu.
Setiap malam, Sartono berdiri di jendela, di apartemen kecil, di kota Moskow.