DECEMBER 9, 2022
Nusantara

Warga Gelar Salat Hajat di Lapangan Sembulang Hulu, Peringati Satu Tahun Tragedi Rempang

image
Warga Rempang menggelar salat hajat memperingati satu tahun Tragedi Rempang di Lapangan Sembulang Hulu, Pulau Rempang, Kota Batam, Kepulauan Riau, Sabtu, 7 September 2024. ANTARA/Laily Rahmawaty

ORBITINDONESIA.COM - Ratusan warga Pulau Rempang menggelar salat hajat di Lapangan Sembulang Hulu, Pulau Rempang, Kota Batam, Kepulauan Riau, Sabtu malam, 7 September 2024, dalam rangkaian memperingati satu tahun tragedi Rempang.

Aksi damai peringatan satu tahun Tragedi Rempang itu mendapat pengawalan dari aparat kepolisian dan TNI.

Kepala Bagian Operasi (Kabag Ops) Polresta Barelang Kompol Zainal Abidin Tamba mengatakan, pihaknya bersama Polsek Barelang telah menyiapkan pengamanan untuk mengawal aksi warga Rempang.

Baca Juga: Jarir: Batin Rempang Berdaulat, Membahas Himpunan Hukum Adat Indonesia di Masa Belanda

"Ya tentu ada pengamanan, pasti ada kami siapkan," kata Tamba.

Aksi peringatan satu tahun Tragedi Rempang dimulai pukul 15.30 WIB di Jembatan 4 Barelang, berupa tabur bunga, doa bersama, serta orasi.

Sebanyak 25 personel Polri dari Polresta Barelang dan Polsek Galang mengawal aksi dengan mengatur arus lalu lintas dan mengarahkan warga tetap tertib saat menyampaikan aksinya.

Baca Juga: Esthi Susanti Hudiono: Refleksi Kasus Rempang

Aksi kembali berlanjut usai Magrib, di mana warga menggelar salat hajat, pawai obor, nonton bersama perjuangan masyarakat Rempang, tarian anak-anak Rempang, puisi, dan Gurindam 12.

Warga juga berorasi tentang perjuangan masyarakat Melayu mempertahankan tanah leluhur dari penggusuran.

"Kami tetap berjuang untuk tanah nenek moyang kami, kami tak lagi takut," kata Nenek Hawa, salah satu perempuan Melayu yang dituakan.

Baca Juga: Warga Keturunan Tionghoa di Kota Batam, Kepulauan Riau Lestarikan Ritual Bakar Tongkang

Nenek Hawa mengaku pernah mengalami perihnya gas air mata dan tekanan saat peristiwa kericuhan Rempang setahun lalu, yang tidak menyurutkan perjuangannya menjaga tanah leluhur untuk anak cucunya kelak.

"Tak takut kami," katanya.

Alasan dia menolak Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco City karena masyarakat Rempang diminta keluar dari kampung halamannya, dan tinggal di tempat relokasi yang belum jelas kepemilikannya.

Baca Juga: Warga Pulau Rempang, Kota Batam Kepulauan Riau Gelar Tradisi Ziarah Makam Leluhur, Doakan Nenek Moyang

Selain itu, keluar dari kampung halamannya berarti juga meninggalkan mata pencariannya sebagai nelayan dan berkebun.

Sehari sebelumnya, warga Rempang juga menggelar tradisi ziarah makam leluhur yang terletak di Kampung Lubuk Panjang, Rempang Cate.***

Sumber: Antara

Berita Terkait