DECEMBER 9, 2022
Kolom

Debat Tanpa Akal Sehat

image
Ilustrasi. (OrbitIndonesia/kiriman)

Oleh Gunawan Trihantoro*

ORBITINDONESIA.COM - Dalam beberapa tahun terakhir, kita sering menyaksikan fenomena di mana perdebatan yang seharusnya menjadi ajang tukar pikiran justru berakhir dengan hinaan dan makian.

Kalimat-kalimat kasar seperti "bodoh" dan "bangsat" sering kali menggantikan argumen rasional.

Baca Juga: Lukisan Karya Denny JA dalam Perspektif Moderasi Beragama

Fenomena ini seolah mencerminkan bahwa ketika logika tidak lagi menjadi tumpuan, perdebatan berubah menjadi ajang emosional tanpa akal sehat.

Ketika ruang publik, terutama yang ditonton oleh mahasiswa dan generasi muda, diisi dengan debat semacam ini, kita perlu bertanya: apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan pendidikan karakter tokoh-tokoh kita?

Sebuah perdebatan yang sehat seharusnya didasarkan pada logika, bukti, dan analisis kritis. Namun, belakangan ini, banyak tokoh publik justru memilih untuk meninggalkan logika dan beralih pada penghinaan pribadi.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Di Kereta Itu, Tak Ditemukannya Sepasang Mata Bola

Mengeluarkan kata-kata seperti "bodoh" dan "bangsat" bukan hanya merusak suasana debat, tetapi juga menunjukkan ketidakmampuan seseorang untuk menjawab argumen lawannya dengan rasional. Ini adalah bentuk kekalahan yang lebih besar daripada sekadar kalah dalam adu argumen, ini adalah kekalahan karakter.

Ketika akal sehat tidak lagi menjadi pedoman, debat kehilangan makna. Tokoh-tokoh yang seharusnya menjadi contoh intelektual malah memberikan contoh buruk. Ini adalah tanda bahwa beberapa dari mereka tidak lagi menganggap penting keadaban dalam berbicara, apalagi saat berada di depan khalayak yang lebih luas.

Mahasiswa dan generasi muda menjadi saksi utama dari banyaknya perdebatan ini. Mereka sering kali menjadi penonton setia di media sosial atau acara debat televisi, menyerap setiap kata dan sikap yang diperlihatkan oleh para tokoh publik.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Revolusi Kreativitas Bersama Artificial Intelligence (1)

Ketika mereka melihat bahwa kata-kata kasar digunakan sebagai "senjata" dalam perdebatan, mereka bisa saja berpikir bahwa hal ini normal dan bahkan efektif dalam menghadapi perbedaan pendapat.

Halaman:
1
2
3

Berita Terkait