Lukisan Karya Denny JA dalam Perspektif Moderasi Beragama
- Penulis : Krista Riyanto
- Selasa, 03 September 2024 16:59 WIB
Oleh Gunawan Trihantoro*
ORBITINDONESIA.COM - Lukisan karya Denny JA yang menggambarkan seorang tokoh agama—Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik Roma—membasuh kaki seorang pemuda berpakaian adat Indonesia adalah refleksi visual yang mendalam mengenai pentingnya moderasi beragama dalam dunia yang semakin pluralistik.
Karya ini dengan jelas menggambarkan interaksi penuh kedamaian dan saling menghormati antara dua tokoh dari latar belakang budaya dan agama yang berbeda, mengandung makna yang sangat relevan dengan konsep moderasi beragama yang saat ini menjadi topik utama di berbagai diskusi global, terutama di negara seperti Indonesia.
Baca Juga: ORASI DENNY JA: Dibatalkannya RUU Pilkada dan Pentingnya Kompetisi Politik
Pembasuhan kaki dalam tradisi Kristiani adalah simbol kerendahan hati, pelayanan, dan cinta kasih.
Ketika tokoh Paus digambarkan membasuh kaki seorang pemuda Indonesia dengan latar belakang alam yang damai, hal ini menyiratkan pesan bahwa pemimpin agama seharusnya mengedepankan nilai-nilai tersebut, terlepas dari perbedaan agama, suku, atau budaya.
Tindakan ini tidak hanya berbicara tentang kepatuhan terhadap ajaran agama, tetapi juga mengandung makna universal tentang kemanusiaan yang mengatasi sekat-sekat keagamaan.
Dalam perspektif moderasi beragama, tindakan ini menunjukkan bagaimana agama dapat menjadi jembatan untuk memperkuat solidaritas sosial.
Moderasi beragama menekankan pentingnya sikap saling menghormati dan kerjasama lintas agama, di mana semua pihak, baik mayoritas maupun minoritas, berkontribusi dalam menciptakan harmoni sosial.
Lukisan ini seolah-olah mengingatkan bahwa pemimpin agama tidak hanya bertugas untuk membimbing umat mereka, tetapi juga harus menunjukkan teladan dalam membangun jembatan kasih sayang dan pengertian antar umat beragama.
Baca Juga: Imajinasi Faktual dalam Lukisan Denny JA
Pemuda yang duduk dalam lukisan tersebut mengenakan pakaian adat yang kaya akan detail, menggambarkan identitas budaya yang kuat.
Hal ini menekankan bahwa dalam konteks Indonesia, moderasi beragama tidak dapat dilepaskan dari pluralitas budaya yang ada.
Keberagaman ini bukanlah sesuatu yang harus diseragamkan, melainkan dirayakan sebagai bagian dari kekayaan bangsa.
Baca Juga: 4 Lukisan Artificial Intelligence Denny JA: Kesaksian Penulis
Moderasi beragama di Indonesia adalah tentang bagaimana mengelola keberagaman tersebut dengan cara yang inklusif dan adil.
Nilai-nilai agama seharusnya berfungsi sebagai kekuatan pemersatu, bukan pemecah.
Denny JA dengan cerdik menggunakan pakaian adat sebagai simbol bahwa identitas kultural juga memiliki peran penting dalam dialog antar agama.
Pesan yang tersirat adalah bahwa toleransi dan moderasi bukanlah tentang menghapus identitas, melainkan menghargai dan mengakomodasi perbedaan dalam bingkai persatuan.
Burung merpati yang terbang di atas dua tokoh dalam lukisan ini, sering diasosiasikan dengan perdamaian, melambangkan harapan akan terciptanya dunia di mana semua manusia hidup dalam damai tanpa memandang perbedaan.
Gambar ini menegaskan bahwa nilai-nilai kemanusiaan universal seperti perdamaian, kasih sayang, dan pelayanan adalah inti dari moderasi beragama.
Baca Juga: Hilangnya Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024 dan Kisah 4 Presiden Menurut Analisis Denny JA
Dalam konteks global yang penuh dengan konflik berlatar belakang agama, lukisan ini menjadi pengingat bahwa agama seharusnya mengajarkan perdamaian dan kemanusiaan yang universal.
Moderasi beragama bukan hanya penting untuk menjaga harmoni di antara umat beragama, tetapi juga sebagai fondasi untuk menciptakan perdamaian dunia.
Di sini, Denny JA menyampaikan pesan bahwa tokoh agama berperan penting dalam menegakkan nilai-nilai kemanusiaan ini, dan hal itu harus dimulai dari tindakan sederhana seperti yang digambarkan dalam lukisan ini.
Bendera Indonesia yang berkibar di belakang, menjadi elemen kunci yang menyatukan semua elemen dalam lukisan ini.
Dalam bingkai persatuan nasional, moderasi beragama menjadi fondasi bagi kebangsaan yang kuat. Indonesia, sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, selalu dihadapkan pada tantangan untuk menjaga harmoni di tengah pluralitas agama dan budaya.
Lukisan ini mengingatkan bahwa moderasi beragama adalah landasan untuk menjaga keutuhan bangsa.
Baca Juga: ORASI DENNY JA: Belajar Keberagaman dari Sayyidina Ali
Perbedaan agama dan budaya bukanlah ancaman bagi persatuan, melainkan modal yang harus dikelola dengan bijak.
Dengan moderasi beragama, kita diajak untuk melihat perbedaan sebagai anugerah yang memperkaya kehidupan berbangsa.
Pemakaian artificial intelligence dalam menciptakan lukisan ini juga menambah dimensi lain yang menarik. Di era digital, pesan moderasi beragama dapat disebarluaskan dengan lebih efektif melalui teknologi.
Karya seni seperti ini dapat diakses oleh jutaan orang di seluruh dunia, memperluas dampak dari pesan yang disampaikan.
Artificial intelligence dan teknologi digital menjadi alat yang bisa dipakai untuk menyebarkan nilai-nilai moderasi beragama.
Melalui media sosial, platform digital, dan karya seni digital, pesan-pesan yang mengedepankan toleransi, kerendahan hati, dan kemanusiaan dapat menjangkau audiens yang lebih luas dan lebih beragam.
Baca Juga: 3 Lukisan Artificial Intelligence Denny JA: Paus Fransiskus Tiba di Jakarta dan Spirit Keberagaman
Denny JA berhasil memanfaatkan teknologi untuk memperkuat pesan moderasi beragama, menjadikan lukisan ini tidak hanya sebagai karya seni, tetapi juga sebagai media komunikasi yang efektif di era digital.
Lukisan Denny JA adalah lebih dari sekadar karya seni. Ini adalah refleksi visual yang mendalam tentang pentingnya moderasi beragama dalam menjaga harmoni sosial di tengah keberagaman.
Dengan memadukan simbol-simbol keagamaan, budaya, dan nasionalisme, lukisan ini menyampaikan pesan bahwa perdamaian dan persatuan dapat dicapai melalui sikap moderat yang menghargai perbedaan.
Moderasi beragama bukan hanya sebuah konsep teoretis, tetapi juga sebuah tindakan nyata yang harus dimulai dari pemimpin agama dan disebarkan melalui berbagai media, termasuk seni dan teknologi digital.
Inilah esensi dari pesan yang ingin disampaikan Denny JA melalui lukisannya. ***
*Penulis ialah pegiat SATUPENA Jawa Tengah, penulis buku antologi puisi Cinta Karya Tuhan, dan buku-buku Moderasi Beragama, tinggal di Blora