Paus Fransiskus, Gembala Agama Cinta
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Rabu, 04 September 2024 03:45 WIB
Selain itu, Bergoglio memimpin gereja dalam melancarkan kritik terhadap kezaliman kekuasaan. Ia adalah orang pertama yang memulihkan relasi dengan Jerónimo Podestá, mantan uskup agung yang diskors sebagai pastor karena menentang kediktatoran militer Revolusi Argentina (1971).
Ia juga menganjurkan Gereja Katolik Argentina untuk “mengenakan pakaian penebusan dosa di depan umum atas dosa-dosa yang dilakukan selama tahun-tahun kediktatoran pada 1970-an.” Ia pun memimpin gereja Argentina selama kerusuhan massal pada Desember 2001, yang membuatnya dianggap oleh rezim pemerintahan sebagai saingan politik.
Dengan rekam sejak seperti itu, saat ditahbiskan menjadi Paus (sejak 13 Maret 2013), Bergoglio memilih Fransiskus sebagai nama kepausannya untuk menghormati Santo Fransiskus dari Assisi. Dan pilihan nama itu sungguh tepat. Sebagai pemimpin gereja Katolik sedunia dengan pengaruh melampui batas-batas gereja, beliau bisa menjelmakan diri sebagai manifestasi dari doa Santo Fransiskus Assisi yang sangat terkenal.
Baca Juga: Staf Museum di Vatikan Ajukan Pengaduan Kolektif Pertama Kalinya, Minta Perbaikan Kondisi Kerja
“Tuhanku, jadikan aku instrumen kedamaian-Mu. Tatkala ada kebencian, biarkan kutaburkan cinta; tatkala ada luka, maaf; tatkala ada keraguan, keyakinan; tatkala ada keputusasaan, harapan; tatkala ada kegelapan, cahaya; tatkala ada kesedihan, keceriaan.”
Dalam kepemimpinan publiknya, Paus Fransiskus sungguh-sungguh membawakan dirinya sebagai representasi ajaran sosial Gereja Katolik. Kesungguhan komitmennya itu terpancar dalam ketulusan ungkapannya, “Sungai tak minum airnya sendiri; pohon tak makan buahnya sendiri; kembang tak pancarkan aroma bagi dirinya; mentari tak bersinar bagi dirinya. Hidup bagi orang lain adalah suatu hukum alam. Kita terlahir untuk saling membahagiakan.”
Dengan kredo tersebut, Paus menekankan pentingnya menghormati martabat manusia, dengan melindungi hak hidup (menentang hukuman mati), peduli dan respek terhadap sesama dengan sikap rendah hati dan penuh belas kasih.
Baca Juga: Lomba Esai untuk Lukisan Paus Mencuci Kaki Rakyat Indonesia
Kedua, mengembangkan kebajikan hidup bersama dengan menghidupkan semangat toleransi, rekonsiliasi dan dialog antaragama. Di antara upayanya yang terkemuka,,bersama Imam Besar Al-Azhar, Dr. Ahmed Al-Tayyeb, meluncurkan Deklarasi Abu-Dhabi, yang berisi dokumen tentang persaudaraan manusia untuk perdamaian dunia dan hidup bersama.
Paus juga membantu memulihkan hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan Kuba, membantu penanganan pengungsi selama krisis migran Eropa dan Amerika Tengah, serta mengupayakan kesepakatan dengan Tiongkok tentang batas-batas otoritas Gereja Katolik dan negara RRT.
Ketiga, memperkuat solidaritas dengan ketetapan hati yang mantap dan tekun untuk membaktikan diri pada kesejahteraan umum dan kebajikan hidup bersama. Hal itu dilakukan antara lain dengan melancarkan kritik terhadap kapitalisme tak terkendali, ekonomi pasar bebas, ketimpangan ekonomi, konsumerisme dan pembangunan berlebihan.
Baca Juga: Ketua KWI Antonius Subianto Bunjamin: Paus Fransiskus Bawa Misi Kemanusiaan ke Indonesia
Keempat, memberikan perhatian pada mereka yang kurang beruntung seperti kaum miskin, para pengungsi dan kelompok-kelompok marginal yang terdiskriminasikan. Kelima, merawat alam ciptaan sebagai rumah bersama, dengan menganjurkan tindakan nyata terhadap perubahan iklim, pemanasan global, serta seruan ke arah pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.