DECEMBER 9, 2022
Kolom

Paus Fransiskus, Gembala Agama Cinta

image
Paus Fransiskus (Foto: Vatican News)

Oleh Yudi Latif*

ORBITINDONESIA.COM - “Yang Mulia, agama apakah yang paling baik?” Tanya Leonardo Boff (perintis teologi pembebasan dari Brasil) kepada Dalai Lama (tokoh spiritual Buddha dari Tibet), dalam sesi reses pada sebuah diskusi tentang agama dan kebebasan. 

Boff menduga jawabannya adalah agama Buddha Tibet atau agama oriental lain yang lebih tua dari Kristianitas. Tak dinyana, sambil tersenyum, Dalai Lama menjawab, "Agama terbaik adalah agama yang lebih mendekatkanmu pada Tuhan (Cinta), yaitu agama yang membuatmu menjadi orang yang lebih baik."

Baca Juga: Staf Museum di Vatikan Ajukan Pengaduan Kolektif Pertama Kalinya, Minta Perbaikan Kondisi Kerja

Sambil tersipu karena jawaban yang sangat bijaksana, Boff melanjutkan, “Apa yang membuat saya menjadi lebih baik?”

Sang Bhikkhu menjawab, “Apa pun yang membuatmu lebih berwelas asih, sadar, terlepas, mencintai, berprikemanusiaan, bertanggung jawab, etis. Agama yang melakukan semua itu terhadapmu adalah ajaran agama yang terbaik.”

Jika ada yang masih sangsi akan kemungkinan agama bisa membentuk akhlak mulia seperti itu, keteladanan Paus Fransiskus bisa diajukan sebagai salah satu buktinya. Terlahir di Buenos Aires, Argentina (1936), dengan nama Jorge Mario Bergoglio, Paus Fransiscus adalah imam Jesuit pertama, juga orang dari Amerika Latin dan Belahan Bumi Selatan pertama yang terpilih sebagai Paus.

Baca Juga: Lomba Esai untuk Lukisan Paus Mencuci Kaki Rakyat Indonesia

Perjalanan hidupnya memperlihatkan kemampuannya mengubah kerentanan menjadi sumber kekuatan pelayanan, seakan menjadi living example dari ungkapan Friedrich Nietzsche, “Apa yang tak membunuhku membuatku lebih kuat.”

Setelah lolos dari penyakit pneumonia dan kista yang parah, beliau terinspirasi untuk bergabung dengan Jesuit dengan ketabahan setegar baja mengarungi segala kesulitan sebagai gembala.

Saat beliau menjadi Uskup Agung Buenos Aires (1998-2013), salah satu terobosan inisiatifnya adalah meningkatkan kehadiran gereja di daerah kumuh, dengan menambah jumlah pastor yang ditugaskan di kawasan tersebut, yang membuatnya disebut “uskup kumuh”.

Baca Juga: Ketua KWI Antonius Subianto Bunjamin: Paus Fransiskus Bawa Misi Kemanusiaan ke Indonesia

Bergoglio juga membuat kebiasaan merayakan ritual Kamis Putih dengan mencuci kaki orang-orang “terhempas” seperti di penjara, rumah sakit, panti jompo atau daerah kumuh.

Halaman:
1
2
3
Sumber: Buku St Sularto & T Krispurwana Cahyadi, SJ

Berita Terkait