DECEMBER 9, 2022
Kolom

Lomba Esai untuk Lukisan Paus Mencuci Kaki Rakyat Indonesia

image
Poster lomba esai untuk lukisan Paus Mencuci Kaki Rakyat Indonesia. (istimewa)

Oleh: Denny JA

ORBITINDONESIA.COM - “Lukisan adalah cara seniman untuk berbicara tanpa kata-kata dengan dunia luar. Di dalam setiap sapuan kuas, ada pesan yang menunggu untuk ditafsirkan.”

Ini adalah kutipan dari Pablo Picasso. Pelukis legendaris ini sering kali menggunakan lukisan untuk menyampaikan pesan sosial dan politik, seperti dalam karyanya yang terkenal Guernica. Ini adalah lukisan yang menjadi pernyataan kuat melawan kekerasan dan perang.

Baca Juga: Menyelam ke Dalam Diri: Pengantar Buku 71 Lukisan Tentang Renungan Jalaluddin Rumi dari Denny JA

Menyambut kedatangan Paus, ICRP (Indonesian Conference on Religion and Peace) menggelar Festival Toleransi di Galeri Nasional, Jakarta, pada tanggal 2-4 September 2024. 

Bekerja sama dengan Esoterika, Forum Spiritualitas, juga digelar pula 10 lukisan saya (Denny JA) dengan pesan harmoni agama. Lima dari lukisan itu soal Paus Fransiskus.

Seperti yang dikatakan Picasso, 10 lukisan itu membawa pesan untuk ditafsirkan. Agus Dermawan T., kritikus senior seni rupa, yang sudah menulis puluhan buku budaya dan seni, menafsirkan 10 lukisan saya itu.

Baca Juga: ORASI DENNY JA: Katakan dengan Lukisan

Saya kutip sangat panjang ulasan Agus Dermawan T., mengenai 5 lukisan saya tentang Paus Fransiskus.

Pada lukisan Paus ke Indonesia #1 ia (Denny JA) menggambarkan dua wanita berkerudung sedang bersimpuh (bukan menyembah) di hadapan Paus. Paus menyambut mereka dengan teduh sambil memberi salam hormat. 

Di depan dua wanita itu terlihat seorang kakek yang duduk di kursi roda. Kita simak, kursi roda tersebut didorong oleh seorang nenek tua. Di sekitar mereka berdiri banyak orang yang semua bersukacita. Dari setting yang tergambar, bisa diduga mereka berada di halaman kompleks pesantren.

Baca Juga: ORASI DENNY JA: Tanah Airku dalam Lagu, Puisi, dan Lukisan

Lukisan Paus ke Indonesia #2 menggambarkan Paus sedang merengkuh seorang anak dengan khusyuk. Sementara di sekitar bocah itu berdiri anak-anak lain yang menampakkan wajah riang. Sebagian anak itu mengatupkan tangannya dalam gestur berdoa dan berharap. 

Di sekeliling anak-anak tampak orang tua mereka yang semuanya tersenyum bahagia. Di belakang kerumunan, aha, terlihat masjid megah yang siap mengumandangkan adzan. 

Selembar lukisan yang menegaskan betapa kebersamaan dalam perbedaan itu sungguh menyenangkan dan selalu memberikan harapan-harapan mulia.

Baca Juga: 5 Lukisan Denny JA Spesial HUT ke-79 RI: Tegakkan Merah Putih Itu

Dalam pertunjukan ini, Denny juga menghadirkan tema-tema aktual dan bahkan kontekstual. Lukisan itu berjudul Paus Mencuci Kaki Rakyat Indonesia.

Lukisan menggambarkan Paus sedang membasuh kaki seorang pemuda di tepian sungai yang mengalir jernih. Proses pembasuhan itu disaksikan oleh banyak orang.

Dalam satu lukisannya, Paus diperlihatkan sedang membasuh kaki seorang penganut Hindu. Sementara pada lukisan lain, Paus sedang membasuh kaki seorang Muslim di sehampar kedung nan bening. Tak jauh dari tempat pembasuhan itu tampak menjulang menara dan kubah masjid.

Baca Juga: Imajinasi Faktual dalam Lukisan Denny JA

Tulis Agus Dermawan T., “Denny memang berimajinasi. Namun melihat aspirasinya, dan meraba apa yang bakal muncul dalam peristiwa nyata, bukannya tidak mungkin sang khayal itu akan jadi ‘imajinasi faktual’.

Lantaran umumnya, yang digubah dalam seni bermuatan tanda-tanda zaman adalah realitas yang akan menjelma sebagai kejadian. Ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Marshall McLuhan: seniman adalah ‘antenna of society,’ atau antena sosial,” tulis Agus.

Panitia Festival Toleransi itu juga menyelenggarakan dua lomba untuk publik luas. Pertama, lomba esai untuk lukisan Paus Mencuci Kaki Rakyat Indonesia. Kedua, lomba swafoto dengan lukisan itu, dan swafoto untuk event lain di Festival Toleransi.

Baca Juga: 4 Lukisan Artificial Intelligence Denny JA: Kesaksian Penulis

Bagaimanakah gerangan 10 lukisan itu, yang digelar di Festival Toleransi, di Galeri Nasional? Bagaimana pula review panjang Agus Dermawan T.?

Semua itu dapat dilihat dalam booklet yang disiapkan panitia, di bawah ini:

https://shorturl.at/Oh0Hk ***

Berita Terkait