Lomba Esai untuk Lukisan Paus Mencuci Kaki Rakyat Indonesia
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Rabu, 28 Agustus 2024 07:58 WIB
Oleh: Denny JA
ORBITINDONESIA.COM - “Lukisan adalah cara seniman untuk berbicara tanpa kata-kata dengan dunia luar. Di dalam setiap sapuan kuas, ada pesan yang menunggu untuk ditafsirkan.”
Ini adalah kutipan dari Pablo Picasso. Pelukis legendaris ini sering kali menggunakan lukisan untuk menyampaikan pesan sosial dan politik, seperti dalam karyanya yang terkenal Guernica. Ini adalah lukisan yang menjadi pernyataan kuat melawan kekerasan dan perang.
Baca Juga: Menyelam ke Dalam Diri: Pengantar Buku 71 Lukisan Tentang Renungan Jalaluddin Rumi dari Denny JA
Menyambut kedatangan Paus, ICRP (Indonesian Conference on Religion and Peace) menggelar Festival Toleransi di Galeri Nasional, Jakarta, pada tanggal 2-4 September 2024.
Bekerja sama dengan Esoterika, Forum Spiritualitas, juga digelar pula 10 lukisan saya (Denny JA) dengan pesan harmoni agama. Lima dari lukisan itu soal Paus Fransiskus.
Seperti yang dikatakan Picasso, 10 lukisan itu membawa pesan untuk ditafsirkan. Agus Dermawan T., kritikus senior seni rupa, yang sudah menulis puluhan buku budaya dan seni, menafsirkan 10 lukisan saya itu.
Baca Juga: ORASI DENNY JA: Katakan dengan Lukisan
Saya kutip sangat panjang ulasan Agus Dermawan T., mengenai 5 lukisan saya tentang Paus Fransiskus.
Pada lukisan Paus ke Indonesia #1 ia (Denny JA) menggambarkan dua wanita berkerudung sedang bersimpuh (bukan menyembah) di hadapan Paus. Paus menyambut mereka dengan teduh sambil memberi salam hormat.
Di depan dua wanita itu terlihat seorang kakek yang duduk di kursi roda. Kita simak, kursi roda tersebut didorong oleh seorang nenek tua. Di sekitar mereka berdiri banyak orang yang semua bersukacita. Dari setting yang tergambar, bisa diduga mereka berada di halaman kompleks pesantren.
Baca Juga: ORASI DENNY JA: Tanah Airku dalam Lagu, Puisi, dan Lukisan
Lukisan Paus ke Indonesia #2 menggambarkan Paus sedang merengkuh seorang anak dengan khusyuk. Sementara di sekitar bocah itu berdiri anak-anak lain yang menampakkan wajah riang. Sebagian anak itu mengatupkan tangannya dalam gestur berdoa dan berharap.