Kurban Idul Adha Tanpa Hewan: Sebuah Tafsir Baru
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Kamis, 08 Agustus 2024 06:32 WIB
Kesadaran ekologis dan hak-hak hewan adalah isu yang semakin mendesak di zaman modern ini. Pandangan Denny JA menyoroti pentingnya menyesuaikan praktik-praktik keagamaan dengan nilai-nilai ini, menawarkan alternatif yang tidak hanya lebih berkelanjutan tetapi juga lebih manusiawi sekaligus ekologis.
Selain itu, dengan memungkinkan bentuk kurban yang lebih bervariasi, seperti sedekah atau bantuan tunai, kita dapat lebih efektif dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
Misalnya, dana kurban dapat digunakan untuk pendidikan, kesehatan, atau kebutuhan lainnya yang lebih mendesak, sesuai dengan kondisi sosial dan ekonomi yang berbeda.
Baca Juga: Renungan Iduladha: Akan Menguatkah Tafsir yang Tak Lagi Harus Hewan Dijadikan Kurban Ritus Agama?
Dengan pandangan progresif ini, menurut saya, Denny JA terus menegaskan dirinya sebagai pemikir agama di Indonesia yang pikiran-pikirannya jauh ke depan.
Semoga dalam 10, paling lama 20 tahun mendatang pemikiran Denny ini bisa terwujud, tanpa harus menunggu krisis lingkungan menjadi lebih parah, kalau kita tidak melakukan apa-apa untuk perbaikan lingkungan.
Pikiran seperti yang dikatakan Denny ini, merupakan bagian dari evolusi agama yang akan mendukung sepenuhnya gerakan ekologi, yang akan mendukung sebuah dunia berkelanjutan.***
Baca Juga: Peneliti BRIN Tri Ujilestari Berbagi Cara Menangani Daging Kurban yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal
Tulisan dibuat sebagai respon atas esai Denny JA soal Kurban Hewan di Era Animal Right.
Penulis adalah Direktur Paramadina Center for Religion and Philosophy. Dosen Islamologi STF Driyarkara, seorang aktivis toleransi, dan pemikiran Islam progresif.