Kurban Idul Adha Tanpa Hewan: Sebuah Tafsir Baru
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Kamis, 08 Agustus 2024 06:32 WIB
Deforestasi adalah masalah besar lainnya yang terkait dengan produksi daging. Untuk menyediakan lahan bagi ternak, hutan-hutan sering kali ditebang, yang tidak hanya mengurangi keanekaragaman hayati tetapi juga menghilangkan fungsi penting hutan dalam menyerap karbon dioksida. Menurut World Wildlife Fund (WWF), sekitar 80% deforestasi Amazon disebabkan oleh peternakan.
Selain dampak ekologis, ada juga pertimbangan etika mengenai hak-hak hewan. Banyak organisasi dan individu sekarang menyuarakan pentingnya memperlakukan hewan dengan lebih manusiawi.
Mereka berargumen bahwa hewan memiliki kemampuan untuk merasakan sakit dan penderitaan, dan karena itu, mereka harus dilindungi dari perlakuan yang kejam.
Baca Juga: Renungan Iduladha: Akan Menguatkah Tafsir yang Tak Lagi Harus Hewan Dijadikan Kurban Ritus Agama?
Shahid Ali Muttaqi, yang pandangannya dikutip oleh Denny JA, menekankan bahwa esensi dari kisah Nabi Ibrahim bukanlah pada fisik hewan yang dikorbankan, tetapi pada ketakwaan dan pengabdian kepada Tuhan. Ini adalah perspektif yang memfokuskan pada nilai-nilai moral dan spiritual daripada praktik fisik penyembelihan.
Denny dengan berani mengusulkan sebuah tafsir yang relevan dengan zaman sekarang, yang menekankan pada pentingnya nilai-nilai moral dan etika daripada praktik fisik yang mungkin tidak lagi relevan atau bahkan merusak dalam konteks saat ini. Beberapa alasan mengapa pandangan Denny JA patut diapresiasi:
Pertama, solusi yang lebih berkelanjutan. Dalam menghadapi krisis lingkungan global, pandangan Denny JA menawarkan solusi yang lebih berkelanjutan. Dengan mengurangi penyembelihan hewan, kita dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, seperti emisi gas rumah kaca dan deforestasi.
Baca Juga: Peneliti BRIN Tri Ujilestari Berbagi Cara Menangani Daging Kurban yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal
Kedua, kepedulian terhadap hak-hak hewan. Pandangan ini juga menunjukkan kepedulian terhadap hak-hak hewan. Dengan menekankan pada ketakwaan dan pengabdian, kita dapat menghormati kehidupan hewan dan menghindari perlakuan yang kejam dan tidak perlu.
Wawasan kepedulian terhadap hak-hak hewan, memang masih jarang dikemukakan di Indonesia. Tetapi saya memperkirakan dengan adanya kerusakan keanekaragaman hayati di Indonesia yang begitu intens, kepedulian terhadap hak-hak hewan, dan selanjutnya tumbuhan dan alam, saya kira ini akan menjadi topik penting; Mulai dari keterkaitannya dengan kehidupan manusia, sampai kesadaran baru tentang adanya nilai intrinsik pada alam, tumbuhan dan hewan.
Ini juga seperti yang dikemukakan filsafat ekologi terbaru, sejak Deep Ecology.
Baca Juga: Orasi Denny JA: Menangnya Gerakan “Katakan Tidak kepada Keharusan Berjilbab"
Ketiga, soal ketakwaan. Tafsir Denny ini mengingatkan kita pada inti dari kisah Nabi Ibrahim, yaitu ketakwaan dan pengabdian kepada Tuhan. Dengan fokus pada nilai-nilai ini, kita dapat menjalankan ritus agama dengan cara yang lebih relevan dan bermakna dalam konteks saat ini.