Mahasiswa Universitas Indonesia Raih Juara Pertama Lomba Debat Politik di Universitas Negeri Semarang
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Selasa, 23 Juli 2024 11:15 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Tiga mahasiswa Universitas Indonesia (UI) meraih juara pertama pada kompetisi debat politik yang diselenggarakan Universitas Negeri Semarang (Unnes).
Direktur Program Pendidikan Vokasi (PPV) UI, Padang Wicaksono, dalam keterangannya, Selasa, 23 Juli 2024, mengatakan setiap mahasiswa di lingkungan Universitas Indonesia selalu diberikan pembelajaran terbaik, baik softskill maupun hardskill.
Padang mengatakan, kemampuan berpikir kritis dan kreatif menjadi senjata utama pada kompetisi debat politik. Selain itu, kekuatan "public speaking" dan pengambilan keputusan juga merupakan kemampuan yang harus dimiliki setiap mahasiswa Universitas Indonesia.
Sehingga para mahasiswa bisa terus melatih diri dan menerapkan berbagai wawasan dan kompetensi yang dimilikinya untuk berkontribusi kepada masyarakat melalui berbagai perlombaan maupun kegiatan positif lainnya.
Ketiga mahasiswa UI yaitu Mohamad Rasyid Alkautsar, mahasiswa Program Pendidikan Vokasi (PPV), serta Vio Nanda Ardiansyah dan Nabila Zahra Harmon, keduanya dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI.
Mereka berhasil menyingkirkan tim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dan menyisihkan peserta lain yang berasal dari 36 kampus di Indonesia.
Rasyid menyatakan bahwa lomba debat memiliki stigma biasa diikuti oleh beberapa jurusan tertentu. Ia membuktikan bahwa mahasiswa vokasi juga bisa melakukan debat, khususnya debat politik.
“Kami sangat bersyukur atas kemenangan tersebut dan ingin terus membawa nama besar UI di berbagai kompetisi debat maupun lomba lainnya,” kata Rasyid.
Pada babak final, tim mahasiswa UI berdebat membahas mosi tentang dewan yang setuju bahwa jabatan kepala desa dengan masa jabatan sembilan tahun akan mendekatkan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dan lemahnya demokratisasi.
Sistem yang dibawakan Rasyid dan tim pada debat tersebut memiliki struktur yang mereka sebut sebagai Blitzkrieg ala Nazi. Sistem tersebut dilakukan dengan cara susunan mekanisme menyerang lawan secara bertubi-tubi melalui pembicara pertama hingga pembicara ketiga yang membuat lawan kewalahan.