China: Deklarasi KTT NATO Adalah Mentalitas Perang Dingin dan Jadi Berita Menakutkan Bagi Kawasan Asia-Pasifik
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Jumat, 12 Juli 2024 04:21 WIB
Sebagian besar negara di dunia juga tidak menerapkan sanksi terhadap Rusia atau menghentikan perdagangan mereka dengan Rusia.
"Adalah tindakan munafik dan berstandar ganda oleh AS saat menuduh Tiongkok yang melakukan perdagangan normal dan pertukaran ekonomi dengan Rusia, sambil mengesahkan undang-undang untuk memberikan bantuan besar-besaran ke Ukraina. AS sering mengklaim dirinya sebagai pihak yang memperjuangkan keadilan, pembela hak asasi manusia dan polisi dunia, namun yang mereka lakukan justru mengobarkan api," tegas Lin Jian.
Lin Jian kembali menegaskan bahwa China bukanlah pencipta krisis Ukraina atau pihak di dalamnya.
Baca Juga: Sekjen NATO Jens Stoltenberg: China Perkeruh Perang di Eropa dengan Dukung Rusia Menyerang Ukraina
"Kami telah bekerja secara aktif untuk memungkinkan terjadinya perundingan demi perdamaian dan solusi politik. Kami tidak pernah berupaya mengobarkan api, tidak pernah mengambil keuntungan dari krisis dan apalagi memberikan senjata kepada pihak mana pun yang berkonflik. Posisi ini jelas dan konsisten," ungkap Lin Jian.
NATO telah membahas pemberian jaminan yang mereka sebut sebagai "jembatan" menuju keanggotaan Ukraina ketika para pemimpin berkumpul untuk pertemuan puncak (KTT NATO) yang sedang berlangsung.
Dikatakan bahwa Kiev telah membuat "kemajuan konkret" dalam serangkaian reformasi demokratis, politik, dan militer yang perlu diselesaikan untuk keanggotaan dan menawarkan bahasa yang paling konkret hingga saat ini bahwa Ukraina pada akhirnya akan bergabung dengan aliansi meskipun ada ancaman Rusia terhadap perluasan tersebut.
Sekutu NATO berjanji memberikan dana lebih dari 43 miliar dolar AS (Rp696 triliun) kepada Ukraina pada tahun depan serta "memberikan bantuan keamanan yang berkelanjutan agar Ukraina bisa menang."
Aliansi tersebut mengatakan Iran dan Korea Utara "menyulut" upaya perang Rusia dengan memberikan dukungan militer langsung kepada Moskow yang mencakup pesawat nirawak (drone) militer dan amunisi.
Namun, ia menyoroti China, yang menurut aliansi tersebut "telah menjadi penyokong utama perang Rusia melawan Ukraina melalui kemitraan 'tanpa batas' yang disebutnya dan dukungan skala besar untuk basis industri pertahanan Rusia." ***
Baca Juga: NATO Resmi Tunjuk Perdana Menteri Belanda Mark Rutte Sebagai Sekjen Pengganti Jens Stoltenberg