Anggota DPR RI Mukhamad Misbakhun Paparkan Sejumlah Faktor Pendukung Perekonomian RI 2024
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Rabu, 26 Juni 2024 01:38 WIB
Menurut dia, Indonesia telah membuktikan kepada dunia telah berhasil keluar begitu cepat dari zona krisis saat periode pandemi COVID-19, dan mampu memulihkan perekonomian dengan pertumbuhan di atas 5 persen pasca pandemi.
Pengendalian inflasi agar tetap rendah turut menjadi faktor pendukung perekonomian Indonesia pada tahun 2024. Per Mei 2024, tingkat inflasi mencapai 2,84 persen, masih berada di kisaran target inflasi tahun ini antara 1,5-3,5 persen.
Faktor kelima adalah kenaikan gaji Aparatur Sipil Negara (ASN). Secara umum, besaran perbaikan penghasilan berupa kenaikan gaji untuk ASN Pusat dan Daerah/TNI/Polri sebesar 8 persen dan kenaikan untuk pensiunan sebesar 12 persen yang mulai berlaku sejak Maret 2024.
Baca Juga: Amalia Adininggar Widyasanti: BPS Butuh Total Rp6 triliun untuk Gelar Sensus Ekonomi 2026
Keenam, keberlanjutan hilirisasi sumber daya alam (SDA). Hingga kuartal I-2024, realisasi investasi di bidang hilirisasi telah mencapai Rp75,8 triliun yang terdiri dari sektor mineral, yakni smelter sebesar Rp43,2 triliun, nikel Rp33,4 triliun, tembaga Rp8,4 triliun.
Di sektor kehutanan, yakni pulp and paper sebesar Rp13,3 triliun, sektor pertanian crude palm oil (CPO)/Oleochemical Rp11,1 triliun, kemudian sektor minyak dan gas dari petrochemical Rp7,4 triliun, dan sektor ekosistem kendaraan listrik dari baterai kendaraan listrik Rp800 miliar.
Terakhir, pembangunan Infrastruktur di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dianggap berkontribusi dalam upaya pemerataan ekonomi.
Baca Juga: China: Sanksi Ekonomi Terkait Ukraina Secara Sepihak oleh AS Timbulkan Korban Bagi Seluruh Dunia
“Ini akan memberikan sebuah dampak yang kuat bagaimana konsentrasi pembangunan infrastruktur maupun yang lain tidak hanya berpusat di pulau Jawa semata. Ada Pulau Kalimantan, ada Sumatra, ada Sulawesi, dan pulau-pulau Indonesia yang lain yang bisa menjadi sasaran tujuan investasi di masa depan. Karena ibukota negara saja secara simbolik sudah bisa kita pindahkan, maka investasi (hilirisasi) berbasis sumber daya alam yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia juga bisa dilakukan,” ujar Misbakhun.***