Pelni Prioritaskan Ganti Dua Kapal Usia Tua yang Berusia 39 Tahun Demi Tingkatkan Pelayanan dan Keamanan
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Selasa, 18 Juni 2024 03:46 WIB
ORBITINDONESIA.COM - BUMN, PT Pelayaran Nasional Indonesia atau Pelni memprioritaskan penggantian dua kapal tua yang berusia 39 tahun untuk meningkatkan pelayanan, keamanan hingga efisiensi.
"Kapal Umsini dan Kelimutu itu yang masuk prioritas untuk kami ganti," kata Manajer Komunikasi Pelni, Ditto Pappilanda di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Senin, 17 Juni 2024.
Pihaknya berencana mengganti unit kapal Pelni yang sudah beroperasi sejak 1985 itu menggunakan kapal baru, menunggu realisasi Penyertaan Modal Negara (PMN) dari Kementerian Keuangan.
Baca Juga: Pelni Tunda Keberangkatan Kapal Tujuan Tambelan Karena Cuaca Ekstrem
Apabila PMN dapat direalisasikan pada 2024, maka kapal bisa diproduksi oleh perusahaan galangan kapal dan diperkirakan bisa dioperasikan pada 2026-2027.
Ia menambahkan, mengingat di dalam negeri belum ada produsen kapal penumpang dengan kapasitas di atas 1.000 orang, maka pihaknya melakukan survei galangan kapal di Eropa di antaranya Jerman, Yunani dan Italia.
Selain itu, survei galangan kapal tiga negara di Asia juga rencananya dilakukan sebagai alternatif produsen kapal penumpang yakni China, Jepang dan Korea Selatan.
Baca Juga: Pelni Medan: 17.887 Penumpang Turun di Pelabuhan Belawan pada Arus Mudik Lebaran 2024
Dengan asumsi harga untuk satu unit kapal baru mencapai sekitar Rp1,5 triliun, maka per tahun pihaknya mengupayakan mendapatkan PMN sebesar Rp3 triliun untuk mengganti minimal dua kapal lama menjadi kapal baru.
Saat ini, pihaknya memiliki total 26 unit kapal yang sebagian besar di antaranya berusia tua yakni di atas 30 tahun dan tidak banyak kapal berusia muda, salah satunya kapal Dempo yang tergolong anyar yang diproduksi pada 2008.
"Usia ekonomis kapal itu 30 tahun dan itu tergantung perawatan. Semakin tua (kapal) maka semakin berat perawatannya," imbuhnya.
Adapun kendala yang dihadapi untuk kapal berusia tua itu yakni belum efisiensi dari sisi bahan bakar hingga suku cadang yang tidak dapat dilakukan segera apabila dalam keadaan mendesak apalagi suku cadang kapal tua sudah tidak diproduksi lagi.