Timnas Sepak Bola Indonesia: Pesan untuk Putra Nababan
- Penulis : Krista Riyanto
- Rabu, 12 Juni 2024 15:43 WIB
Jadi, bisa saja pendapatmu yang benar bahwa banyaknya pemain hasil naturalisasi di Timnas Indonesia ternyata tak mampu mendongkrak prestasi selain mempersempit peluang pemain Liga 1 bermain sebagai punggawa.
Tetapi--sebagaimana kita ketahui bersama--setelah Singa-singa Mesopotamia mengoyak sayap-sayap Garuda dengan 2-0 tanpa balas yang menyakitkan, Asnawi Mangkualam dkk mampu bangkit dan melibas Azkals, anjing-anjing jalanan Filipina, semalam.
Dengan skor serupa: 2-0. Cukup untuk membuat Indonesia melaju ke Babak 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026. Sebuah prestasi baru yang belum pernah dialami timnas sebelumnya. Prestasi lainnya: Indonesia satu-satunya negara ASEAN yang melaju sejauh ini. Bukan Vietnam, Thailand, Malaysia, atau Filipina, yang selama ini--sampai akhir tahun lalu--ranking FIFA mereka berada di atas Indonesia yang selalu dipandang sebelah mata.
Maka, "Pesan Terbuka" yang sempat saya tunda itu, saya lanjutkan sampai tuntas dalam beberapa catatan ini.
-000-
Catatan pertama adalah akun IG milikmu yang sempat digembok setelah kau menyampaikan kalimat kontroversial di DPR itu. Padahal posting-postingmu yang lain selalu kau biarkan terbuka untuk dikomentari siapa saja. Kenapa kali ini kau kunci, Put? (Meski beberapa hari kemudian kau buka lagi setelah suasana reda).
Kamu seorang politisi nasional, dengan akun centang biru. Bersikaplah seperti ucapan Voltaire, “Aku berbeda pendapat denganmu, tetapi aku jaga hakmu untuk menyampaikan pendapat.”
Netizen bukan musuhmu, Put. Mereka adalah mitra diskusi, baik yang mendukung atau yang kontra dengan komentarmu.
Catatan kedua menyangkut pemaknaan tentang “naturalisasi” yang kau posisikan dan perlawankan dengan “nasional”, sehingga dalam kosmologi cara pandangmu ada “pemain naturalisasi” dan ada “pemain nasional”. Ini kesalahan fatal, Put.
“Naturalisasi” adalah proses alih warga negara para pemain diaspora yang memiliki darah Indonesia, entah dari ayah, ibu, atau kakek-nenek mereka. Betapa pun kecilnya kadar darah keindonesiaan mereka. Sebuah proses pewarganegaraan. Begitu syarat-syarat untuk menjalani proses naturalisasi terpenuhi dan mereka ucapkan sumpah setia sebagai WNI, maka mereka adalah PEMAIN NASIONAL.