DECEMBER 9, 2022
Kolom

Syaefudin Simon: Lukisan Denny JA dan Tragedi Terbesar Dunia Abad 21 di Mahakam 24

image
Lukisan Denny JA (Foto: Syaefudin Simon)

Memang. Kondisi Indonesia, saat pandemi Covid-19 menerjang, sungguh mencemaskan. Apalagi ketika batas ambang psikologis -- jumlah orang yang terinfeksi Covid-19 di Indonesia mencapai 1 juta kasus -- terlampaui pada Selasa,  26 Januari 2021.

Kondisi tersebut bertambah parah, mana kala daya tampung rumah-rumah sakit di seluruh Indonesia sudah melewati ambang kritis. Di atas 75 persen. Beberapa rumah sakit rujukan seperti RS Persahabatan, RS Fatmawati, RS Sulianti Saroso termasuk tempat perawatan dan isolasi di Wisma Atlet Jakarta, tingkat huniannya sudah di atas 80 persen. Kondisi tersebut masuk kategori darurat.

Yang memprihatinkan, dalam kondisi di atas, rerata positivity rate Covid-19 di Indonesia di atas 20 persen. Bahkan pada 10 Januari 2021, positivity rate menyentuh 30,4 persen.

Baca Juga: Elza Peldi Taher: Denny JA, Penulis Lari Cepat 100 Meter

Itu artinya, positivity rate atau laju orang-orang Indonesia yang terdeteksi positif terpapar Covid-29, sudah enam kali lipat lebih dari standar WHO (Organisasi Kesehatan Dunia). Ini sangat berbahaya. Karena tiap tiga orang yang dites, satu di antaranya positif. 

Dengan angka kasus positif satu juta, lalu positivity rate 25-30 persen, menurut ahli epidemologi dari Griffith University, Australia Dr. Dicky Budiman -- berarti terlalu banyak kasus positif di masyarakat yang tidak terdeteksi. Hal ini menambah beban luar biasa pada fasilitas kesehatan.

Dengan melihat positivity rate yang tinggi, penyebaran Covid-19 yang luas di seluruh provinsi dan kabupaten seluruh Indonesia, menurut perhitungan Dicky, jumlah real kasus positif sesungguhnya mencapai tiga kali lipat dari angka yang tercatat di Satgas Covid-19 Nasional. 

Baca Juga: Memenangkan Pilpres 5 Kali Beruntun: Pengantar Denny JA di Buku Transkripsi 100 Video Ekspresi Data

Saat itu, Januari 2021, jumlah kasus positif di Indonesia sudah melebihi separuh jumlah total kasus positif di ASEAN. Ketua  Satgas Covid-19 Nasional, Doni Monardo mengingatkan, jika masyarakat abai terhadap fenomena penyebaran Covid-19 yang dahsyat, mereka sesungguhnya sedang menggali kuburnya sendiri.

DJA dalam lukisan AI-nya menyorot keterlambatan pemerintah menangani pandemi. Bayangkan, Presiden Jokowi baru mengumumkan kasus infeksi virus corona pertama di Indonesia pada awal Maret 2020. Padahal menurut WHO, realitasnya kasus positif di Indonesia sudah ada sebelum akhir 2019. Hanya saja pemerintah terlambat mendeteksinya. 

Pemerintah Indonesia, kritik WHO, menyembunyikan fakta tersebut. Dampaknya, begitu Jokowi mengumumkan kasus infeksi pertama 2 Maret 2020, publik pun ribut. Masyarakat dan pemerintah saling menyalahkan. Kenapa terlambat mengantisipasi kedatangan pandemi virus corona?

Baca Juga: Melawan Diskriminasi dengan Puisi: Kata Pengantar Denny JA untuk Kumpulan Puisi Anti Diskriminasi dan Pro Toleransi

Semua gambaran keributan, keanehan, dan kengerian masyarakat Indonesia serta kedodoran pemerintah dalam mengatasi pandemi corona, tergambar dalam lukisan AI DJA. Terlihat wajah Jokowi di lukisan begitu muram saat mengumumkan kasus infeksi corona pertama di Indonesia.

Halaman:
1
2
3

Berita Terkait