DECEMBER 9, 2022
Kolom

Melintasi Batas: Lukisan AI Denny JA dan Era Baru Seni Lukis Indonesia

image
Elza Peldi Taher dan lukisan Denny JA (Foto: Koleksi pribadi)

Menaiki setiap lantai dari tujuh lantai Mahakam 24 Residence  itu seperti menjelajahi lapisan-lapisan emosi yang berbeda, karena setiap lantai menampilkan tema yang beragam. Seperti melalui sebuah perjalanan panjang, setiap langkah di lantai tersebut membawa penemuan baru, menggugah hati dan pikiran dengan keindahan dan makna yang terkandung dalam lukisan yang dipamerkan.

Di lobi hotel, tepatnya di ruang Cafe, pengunjung akan disambut oleh kehadiran grup musik legendaris, termasuk Koesplus, yang diabadikan dalam empat lukisan eksklusif. Kehadiran ini tidak mengherankan, mengingat Denny telah menjadi penggemar Koesplus sejak masa muda.

Saat melangkah ke lantai dua, pengunjung disambut oleh lukisan  yang menggambarkan Indonesia pada era Covid,  suasana Pilpres, dengan  semua tokoh politik yang bertarung   lengkap di dalamnya. Lantai berikut kita akan menemukan lukisan pelukis terkenal seperti Van Gogh, Dan Gustav, Picasso.

Baca Juga: Denny JA: Sastra Menjadi Alat Diplomasi Anarbangsa yang Efektif, Termasuk Mendamaikan Israel dan Palestina

Lantai enam menampilkan lukisan tokoh-tokoh besar seperti Mandela, Bunda Teresa, Gandhi, Einstein, Penyaliban Yesus, dan George Washington, yang telah memberikan kontribusi besar dalam membangun dunia yang damai. Lukisan tertata rapi dan epic menunjuk  penghormatan kepada mereka yang telah meninggalkan jejak mendalam dalam peradaban. 

Yang menarik di lantai enam, kuping tokoh tokoh dunia seperti Gandhi, Einstein, Mandela, dan Bunda Teresa sangat besar dan lebar. Mungkin ini merupakan simbol kepekaan dan keterbukaan mereka terhadap suara-suara dan pandangan dari orang-orang di sekitar mereka. Kuping yang besar dapat mewakili kemampuan mereka untuk mendengarkan dengan teliti, meresapi ide-ide baru, serta menghargai perspektif yang berbeda

Saat melangkah naik menuju lantai tujuh, pengunjung disuguhkan dua  lukisan yang menggambarkan realitas menyedihkan:  anak belia, satu dari Pakistan, satu dari India, terlihat sedang menikah. Dalam lukisan  itu, wajah anak-anak tersebut terlihat dengan ekspresi kemarahan dan kesedihan, sementara di belakang mereka, keluarga mereka terlihat sangat gembira. 

Baca Juga: Elza Peldi Taher: Denny JA, Penulis Lari Cepat 100 Meter

Lukisan yang  merupakan kemarahan  Denny terhadap perkawinan anak di bawah umur,  menggambarkan betapa tragisnya situasi di mana anak-anak kehilangan masa kecil mereka dan terjebak dalam pernikahan yang seharusnya mereka tidak hadapi. 

Sampailah  pada puncak  lantai tujuh, pengunjung disambut oleh aneka lukisan yang menampilkan anak yang gembira sambil menatap ke atas. Tatapan penuh harapan tersebut adalah sebuah simbol dari pandangan ke masa depan yang dipenuhi dengan impian. Inilah pesan utama yang ingin disampaikan oleh Denny: sebuah dunia yang membawa kegembiraan bagi anak-anak, sebuah dunia yang membuka pintu impian bagi mereka untuk melangkah maju. 

Pameran lukisan ini perlu dikritik karena tidak menyertakan tokoh bangsa Bung Karno dan Bung Hatta, yang punya  kontribusi besar di panggung dunia. Menjelang 17 Agustus nanti lukisan mereka perlu ditampilkan.

Baca Juga: Rangking Jokowi dan Prabowo dalam Sejarah Presiden: Pengantar Denny JA di Buku Kumpulan 76 Penulis tentang Pilpres

Ketidak hadiran lukisan Lionel Messi, pemain sepakbola terbaik sepanjang masa juga merupakan kekurangan lainnya.  Jika perlu boleh juga ditambahkan dengan Cristiano Ronaldo yang kualitasnya dianggap mendekati Messi
Absennya lukisan tokoh filantropi seperti Mark Zuckerberg, Bill Gates, dan Warren Buffett juga perlu dicatat sebagai kekurangan. 

Halaman:
1
2
3
4

Berita Terkait