Melintasi Batas: Lukisan AI Denny JA dan Era Baru Seni Lukis Indonesia
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Minggu, 09 Juni 2024 08:15 WIB
Menaiki setiap lantai dari tujuh lantai Mahakam 24 Residence itu seperti menjelajahi lapisan-lapisan emosi yang berbeda, karena setiap lantai menampilkan tema yang beragam. Seperti melalui sebuah perjalanan panjang, setiap langkah di lantai tersebut membawa penemuan baru, menggugah hati dan pikiran dengan keindahan dan makna yang terkandung dalam lukisan yang dipamerkan.
Di lobi hotel, tepatnya di ruang Cafe, pengunjung akan disambut oleh kehadiran grup musik legendaris, termasuk Koesplus, yang diabadikan dalam empat lukisan eksklusif. Kehadiran ini tidak mengherankan, mengingat Denny telah menjadi penggemar Koesplus sejak masa muda.
Saat melangkah ke lantai dua, pengunjung disambut oleh lukisan yang menggambarkan Indonesia pada era Covid, suasana Pilpres, dengan semua tokoh politik yang bertarung lengkap di dalamnya. Lantai berikut kita akan menemukan lukisan pelukis terkenal seperti Van Gogh, Dan Gustav, Picasso.
Lantai enam menampilkan lukisan tokoh-tokoh besar seperti Mandela, Bunda Teresa, Gandhi, Einstein, Penyaliban Yesus, dan George Washington, yang telah memberikan kontribusi besar dalam membangun dunia yang damai. Lukisan tertata rapi dan epic menunjuk penghormatan kepada mereka yang telah meninggalkan jejak mendalam dalam peradaban.
Yang menarik di lantai enam, kuping tokoh tokoh dunia seperti Gandhi, Einstein, Mandela, dan Bunda Teresa sangat besar dan lebar. Mungkin ini merupakan simbol kepekaan dan keterbukaan mereka terhadap suara-suara dan pandangan dari orang-orang di sekitar mereka. Kuping yang besar dapat mewakili kemampuan mereka untuk mendengarkan dengan teliti, meresapi ide-ide baru, serta menghargai perspektif yang berbeda
Saat melangkah naik menuju lantai tujuh, pengunjung disuguhkan dua lukisan yang menggambarkan realitas menyedihkan: anak belia, satu dari Pakistan, satu dari India, terlihat sedang menikah. Dalam lukisan itu, wajah anak-anak tersebut terlihat dengan ekspresi kemarahan dan kesedihan, sementara di belakang mereka, keluarga mereka terlihat sangat gembira.
Baca Juga: Elza Peldi Taher: Denny JA, Penulis Lari Cepat 100 Meter
Lukisan yang merupakan kemarahan Denny terhadap perkawinan anak di bawah umur, menggambarkan betapa tragisnya situasi di mana anak-anak kehilangan masa kecil mereka dan terjebak dalam pernikahan yang seharusnya mereka tidak hadapi.
Sampailah pada puncak lantai tujuh, pengunjung disambut oleh aneka lukisan yang menampilkan anak yang gembira sambil menatap ke atas. Tatapan penuh harapan tersebut adalah sebuah simbol dari pandangan ke masa depan yang dipenuhi dengan impian. Inilah pesan utama yang ingin disampaikan oleh Denny: sebuah dunia yang membawa kegembiraan bagi anak-anak, sebuah dunia yang membuka pintu impian bagi mereka untuk melangkah maju.
Pameran lukisan ini perlu dikritik karena tidak menyertakan tokoh bangsa Bung Karno dan Bung Hatta, yang punya kontribusi besar di panggung dunia. Menjelang 17 Agustus nanti lukisan mereka perlu ditampilkan.
Ketidak hadiran lukisan Lionel Messi, pemain sepakbola terbaik sepanjang masa juga merupakan kekurangan lainnya. Jika perlu boleh juga ditambahkan dengan Cristiano Ronaldo yang kualitasnya dianggap mendekati Messi
Absennya lukisan tokoh filantropi seperti Mark Zuckerberg, Bill Gates, dan Warren Buffett juga perlu dicatat sebagai kekurangan.