Kisah Nyata Inspiratif: Kurniah, Malaikat dari Kandang Jaran Itu Telah Pergi
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Jumat, 05 April 2024 02:44 WIB
Tulus, adiknya Nanang, bekerja di Kemendiknas Jakarta, di direktorat olahraga. Dan Maya, setelah menjadi sarjana ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Kupang, kini menjadi politisi PPP dan membuka restoran di kota Kupang.
Cerita tentang Tulus, sangat menarik. Rupanya kemampuan silat dari padepokan Pamur berhasil mengantarkan Tulus ke puncak karir sebagai PNS/ASN sekaligus profesional pencak silat. Tulus kini menjadi pelatih senior pencak silat Percasi (Persatuan Pencak Silat Indonesia).
Ketika atlet pencak silat meraih 14 medali emas di Asian Games 2018, hampir semua atlit peraih emas itu pelatihnya adalah Tulus. Luar biasa. Tulus bercerita kepada Adek, dapat bonus dari Percasi sekitar lima milyar karena keberhasilannya dalam membina atlet sehingga meraih 14 medali emas.
Baca Juga: Orang yang Berkurban Idul Adha Didoakan oleh Malaikat Sampai Hari Kiamat
Ade pernah bercerita padaku. Mang Sep (panggilan akrabku di kandang jaran), Tulus sekarang menjadi konsultan pelatih silat di Brunei Darussalam. Ia minta aku berhenti dari Departemen Keuangan. Untuk jadi pelatih silat saja di Brunei. Tulus yang merekomendasi.
Gajinya puluhan kali lipat dari bekerja di Depkeu. Tulus masih menganggap Ade adalah seniornya di padepokan Pamur. Sekarang Tulus tidak sekadar jadi pelatih pencak silat, tapi juga sudah meraih gelar doktor dari UNJ dengan disertasi masalah persilatan di Indonesia.
Cerita Maman -- eh dokter Tolkhah Amaruddin lain lagi. Suatu ketika, seorang kyai dari jam'iyah suatu tarekat datang ke rumahnya di desa Tirtoadi, Mlati, Sleman. Sang kyai tiba-tiba nyeletuk -- dokter kok rumahnya jelek sekali. Sampeyan dokter, rumahnya harus bagus.
Baca Juga: Dalam Bekerja dan Beribadah Kita Harus Ikhlas Karena Allah
Beberapa hari kemudian, sang kyai yang nyentrik ini, memberi tahu Maman, telah membelikan tanah di kota Purworejo -- dekat RSUD -- untuk Maman. Kyai itu juga membangun rumah mewah dengan luas tanah seribuan meter persegi. Uniknya, tanah dan rumah itu sudah bersertifikat atas nama Tolkha Amaruddin.
Tak hanya itu. Ketika ada rumah besar di pinggir jalan di Purworejo mau dijual, sang kyai membelinya. Rumah itu pun diserahkan ke Maman lengkap dengan serifikat hak milik atas nama Tolkha Amaruddin. Maman menjadikan rumah yang kedua sebagai klinik dan apotek.
Ajaib memang. Rejeki bagi dokter yang abid ini seperti janji Allah -- min haitsu laa yahtasib. Rezeki datang dari tempat yang tidak diperhitungkan. Mosok sih ada orang yang tiba-tiba membelikan tanah dan rumah berharga miliaran cuma-cuma seperti fiksi? Fakta memang lebih fiksi dari fiksi. Dan itu terjadi pada Maman. Aku menyaksikannya.
Baca Juga: Putri Candrawathi, Saya Siap Jalani Sidang dengan Ikhlas Agar Semua Peristiwa Terungkap
Lanjut! Ketika sang kyai tahu anaknya Maman ada yang kuliah di UGM, kyai itu pun langsung menanggung uang kuliah, buku-buku, plus uang makannya selama di kos-kosan.