Kisah Nyata Inspiratif: Kurniah, Malaikat dari Kandang Jaran Itu Telah Pergi
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Jumat, 05 April 2024 02:44 WIB
Aku sering ke rumah Yayu Kur di kandang jaran karena suka jeroan sapi dan lamur. Ya, Mang Udin, suami Yayu Kur, biasa membawa daging-daging sortiran dari rumah potong AKABRI. Kata Mang Udin -- usus sapi, paru, hati, lemak, dan babat boleh dibawa karyawan rumah potong.
Taruna AKABRI hanya boleh makan daging sapi berkualitas tinggi. Semua jeroan boleh dibawa karyawan. Kalau tersisa, dibuang. Wah hebat taruna. Sejak kuliah sudah dimanja dengan makanan enak. Pantes setelah jadi tentara senengnya jadi pejabat agar makannya enak.
Sebagai anak kampung, di Cirebon aku sangat suka olahan usus sapi, babat, paru, lamur, dan lemak. Itu makanan favoritku di kampung. Makanya aku sering ke Pancaarga untuk menikmati makanan tersebut. Yayu Kur sangat pintar memasak jeroan sapi tersebut.
Baca Juga: Orang yang Berkurban Idul Adha Didoakan oleh Malaikat Sampai Hari Kiamat
Saat itu, aku belum tahu apa itu makanan berkolesterol tinggi. Yang penting enak. Bagiku olahan lamur dan lemak sapi adalah makanan terenak. Kalau di Tasik ada warung bakso legendaris, namanya bakso Priangan. Bahan dasarnya lamur sapi. Bakso Priangan super laris. Dulu. Tapi kini sudah terdesak dengan warung bakso modern, yang bahannya daging berkualitas baik seperti menu taruna AKABRI.
Soal makanan di keluarga Yayu Kur cukuplah. Mang Udin sebagai pegawai negeri sipil di AKABRI dapat jatah beras. Lauk jeroan sapi tiap hari tersedia. Susu sapi sisa dari konsumsi taruna, juga kadang mampir di kandang jaran. Walhasil "daging sapi" dan susu selalu tercukupi.
Yang tidak tercukupi, uang! Ya uang dari gajian Mang Udin sangat minim. Hanya pas-pasan, kalau tidak dikatakan kurang, untuk membiayai keluarga beranak tiga itu. Itulah sebabnya, Yayu Kur kadang dagang baju. Belinya dari pasar Tegalgubug, kampungku, dijual di kompleks Pancaarga. Hasilnya bisa sedikit menambal kekurangan uang untuk sekolah anak-anak.
Baca Juga: Dalam Bekerja dan Beribadah Kita Harus Ikhlas Karena Allah
Meski dalam kondisi kekurangan, Mang Udin dan Yayu Kur sering tidak tega kalau melihat orang terlantar. Dengan susah payah, Yayu Kur mengambil dua anak terlantar. Namanya Nanang dan Tulus. Keduanya disekolahkan sampai tamat SMA.
Tentu saja, dua anak ini, ikut membantu pekerjaan Yayu Kur di rumah. Entah ngurus kebun di samping rumah, atau bebersih. Kadang menjadi mitra anak-anaknya dalam latihan bela diri. Nanang dan Tulus satu klub latihan silat dengan Ade. Di pencak silat Pamur. Tulus satu tingkat di bawah Ade di klub silat Madura itu.
Oh ya, Yayu Kur juga mengambil anak gadis setempat yang terlantar karena ditinggal ibunya. Namanya Maya. Karena ibunya tak ada, Maya tinggal di rumah kandang jaran. Ia dianggap seperti anaknya sendiri.
Baca Juga: Putri Candrawathi, Saya Siap Jalani Sidang dengan Ikhlas Agar Semua Peristiwa Terungkap
Maya anaknya rajin. Pinter bergaul. Temannya banyak. Beberapa temannya anak pejabat tinggi di AKABRI sehingga Maya sering ditraktir dan diajak plesir.