Kisah Hikmah: Seorang Penulis dan Dua Sudut Pandang
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Selasa, 02 Januari 2024 13:15 WIB
ORBITINDONDESIA.COM - Seorang penulis buku terkenal duduk di ruang kerjanya. Dia mengambil penanya dan mulai menulis :
"Tahun lalu, saya harus dioperasi untuk mengeluarkan batu empedu. Saya harus terbaring cukup lama di ranjang," penulis itu mulai menorehkan kalimat.
"Di tahun yang sama, saya berusia 60 tahun dan memasuki usia pensiun, keluar dari pekerjaan di perusahaan yang begitu saya senangi. Saya harus tinggalkan pekerjaan yang sudah saya tekuni selama 35 tahun," lanjut penulis itu.
Di tahun itu juga saya ditinggalkan ayah yang tercinta.
Kemudian, masih di tahun yang sama, anak saya gagal di ujian akhir kedokteran, karena kecelakaan mobil. Biaya bengkel akibat kerusakan mobil adalah puncak kesialan di tahun lalu..."
Di bagian akhir dia menulis: "Sungguh... tahun yang sangat buruk!"
Istri sang penulis masuk ke ruangan dan mendapati suaminya yang sedang sedih dan termenung. Dari belakang, sang istri melihat tulisan sang suami. Perlahan-lahan ia mundur dan keluar dari ruangan.
15 menit kemudian dia masuk lagi dan meletakkan sebuah kertas berisi tulisan sebagai berikut:
"Tahun lalu, akhirnya suami saya berhasil menyingkirkan kantong empedunya yang selama bertahun-tahun membuat perutnya sakit."
Di tahun itu juga, saya bersyukur, suami bisa pensiun dengan kondisi sehat dan bahagia. Saya bersyukur kepada TUHAN, dia sudah diberikan kesempatan berkarya dan berpenghasilan selama 35 tahun untuk menghidupi keluarga kami
Sekarang, suami saya bisa menggunakan waktunya lebih banyak untuk menulis, yang merupakan hobinya sejak dulu...
Pada tahun yang sama, mertua saya yang berusia 95 tahun, tanpa sakit apa-apa telah kembali kepada Tuhan dengan damai dan bahagia.
Dan masih di tahun yang sama pula, Tuhan telah melindungi anak saya dari kecelakaan yang hebat. Mobil kami memang rusak berat akibat kecelakaan tersebut, tetapi anak saya selamat tanpa cacat sedikit pun..."
Pada kalimat terakhir istrinya menulis :
"Tahun lalu adalah tahun yang penuh berkah yang luar biasa dari Tuhan, dan kami lalui dengan penuh rasa takjub dan syukur..."
Sang penulis tersenyum haru, dan mengalir air mata hangat di pipinya. Ia berterimakasih atas sudut pandang berbeda untuk setiap peristiwa yang telah dilaluinya tahun lalu. Perspektif yang berbeda telah membuatnya bahagia.
Sahabat, di dalam hidup ini kita harus mengerti bahwa bukan kebahagiaan yang membuat kita bersyukur. Namun rasa syukurlah yang akan membuat kita bahagia. Mari kita berlatih melihat suatu peristiwa dari sudut pandang positif dan jauhkan rasa iri di dalam hati.
Kita dapat mengeluh karena semak mawar memiliki duri, atau bersukacita karena semak duri memiliki mawar …
*We can complain because rose bushes have thorns, or rejoice because thorn bushes have roses.*
(Abraham Lincoln) ***