Kisah Nyata Inspiratif: Kurniah, Malaikat dari Kandang Jaran Itu Telah Pergi
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Jumat, 05 April 2024 02:44 WIB
Rumah berdinding kusam ini, interiornya tidak seperti rumah biasa. Ada kolam di samping rumah cukup besar. Kolam ini untuk memandikan jaran. Tapi kolam di dalam rumah kecil. Selebihnya ruangan dalam yang terbuka dengan kamar yang disekat-sekat. Maklumlah, itu bukan rumah untuk manusia. Tapi rumah jaran.
Aku ingat, di samping rumah ada sedikit lahan kosong. Yayu Kur --aku memanggilnya Yayu Kur karena ia kakak sepupuku-- memanfaatkan lahan itu untuk menanam berbagai macam pepohonan. Ada singkong, bayam, tomat, terong, dan lain-lain.
Dari lahan itu, sayuran tinggal ambil. Tak perlu beli di warung. Di samping rumah, ada pohon alpukat yg tumbuh subur. Pohon alpukat ini selalu berbuah. Sepanjang tahun. Aku sering memetik buah alpukat ini dan membawanya ke kosku di Yogya.
Baca Juga: Orang yang Berkurban Idul Adha Didoakan oleh Malaikat Sampai Hari Kiamat
Dengan gaji pegawai negeri golongan dua, Mang Udin menghidupi keluarganya. Tentu tak cukup gaji golongan dua untuk menghidupi keluarga kala itu. Apalagi Mang Udin dan Yayu Kur, kemudian punya tiga anak laki-laki. Alief, Ade, dan Maman.
Semua anak ini, di samping sekolah, diikutkan latihan bela diri di kompleks AKABRI. Alief dan Maman ikut karate. Ade ikut silat di padepokan Pamur, pencak silat Madura.
Yayu Kur adalah ibu yang amat perhatian terhadap sekolah anak-anaknya. Tiap malam ia membimbing anaknya membaca buku dan latihan matematika. Hasilnya, anak-anaknya senang membaca. Salah satu bacaan favoritnya, buku serial Api di Bukit Menoreh, karya SH Mintardja.
Baca Juga: Dalam Bekerja dan Beribadah Kita Harus Ikhlas Karena Allah
Puluhan seri buku Api di Bukit Menoreh berserakan di rumah kandang jaran itu. Aku pun sering mojok di kandang jaran untuk membaca serial Api di Bukit Menoreh. Kalau membaca buku itu, aku merasa jadi Agung Sedayu. Pria ganteng yang pinter silat dan punya kemampuan membelah diri menjadi tujuh Agung Sedayu.
Aku masuk UGM tahun 1978. Kalau lagi suntuk di Yogya aku main ke Pancaarga. Ke rumah kandang jaran. Masuknya dari jalan Pancaarga satu. Dari jalan raya Magelang, sekitar 2 km.
Turun dari bus Yogya Magelang, aku biasanya jalan kaki ke kandang jaran tersebut. Sambil jalan, mataku sering larak lirik kesana kemari. Siapa tahu ada gadis cantik anak petinggi ABRI di kompleks elit Pancaarga. Andai bisa kenalan, amboi.
Baca Juga: Putri Candrawathi, Saya Siap Jalani Sidang dengan Ikhlas Agar Semua Peristiwa Terungkap
Tapi ternyata tak ada. Belakangan aku dengar gadis cantik di kompleks Pancaarga, hanya ada satu. Namanya Ani. Sebelum aku kenal, ia sudah jadi pacar taruna bernama Susilo Bambang Yudhoyono! Wes. Dasar tidak jodoh.