Kisah Jatuh Bangun Usilina Epa, Perempuan Penjaga Kuliner Papua
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Jumat, 15 Maret 2024 14:00 WIB
Usilina mengaku, saat membuka restoran ini ia tidak tahu seperti apa kiranya nanti penerimaan masyarakat karena konsep bisnisnya dianggap tidak lumrah.
Namun setelah berjalan beberapa waktu, terbukti semakin banyak pelanggan yang datang baik dari Jayapura maupun luar kota. Para pelanggan itu mengaku sangat senang bisa mendapatkan makanan khas Papua dengan lebih mudah.
Kesulitan mendapatkan bahan baku masih menjadi masalah utama bagi restoran tersebut. Menurut Usilina menu makanan khas Papua sederhana hanya saja bahan baku mulai jarang ditanam, sehingga harganya menjadi mahal.
Baca Juga: Ciamik! 5 Kuliner Khas Yogyakarta yang Wajib Kamu Coba, Dijamin Menggugah Selera
Butuh kerja sama semua pihak mulai dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, kota, maupun tokoh adat, masyarakat serta instansi terkait untuk mempertahankan makanan tradisional tersebut.
"Bahan baku semakin sulit didapatkan kalaupun ada harus mengambilnya dari luar Kabupaten. Jika ada harganya lumayan tinggi dan ini menjadi tugas bersama agar bahan pangan lokal tetap di tanam agar dijual harga murah," katanya.
"Seperti sayur lilin di pasar Sentani harga mulai dari Rp70-100 ribu satu ikat dan harga lumayan tinggi bagi kami yang setiap hari menyajikan makanan itu. Belum lagi sagu, ikan gabus yang seharusnya mudah didapatkan namun karena kurangnya petani maka harga berkali lipat," tambah dia.
Meski demikian, kesulitan bahan baku itu tidak membuatnya patah semangat. Ia terus berupaya menghadirkan makanan lokal dan menyajikannya dengan cara kekinian untuk menarik minat konsumen muda.
"Tamu yang datang kebanyakan orang tua atau sudah berusia karena mengetahui kandungan gizi dan sehat," ujarnya lagi.
Usilina berharap dengan semakin banyaknya makanan tradisional itu dijual di pasar, akan mendorong petani untuk mengembangkan bahan bakunya di kebun mereka. Demikian juga, semakin banyak "mama-mama" Papua yang menjual bahan pangan lokal di pasar.
Ia ingin anak muda berani membuka usaha sejenis yang konsepnya sesuai di daerah masing-masing. Karena Papua memiliki makanan khas yang perlu dilestarikan oleh anak asli setempat.