Kisah Jatuh Bangun Usilina Epa, Perempuan Penjaga Kuliner Papua
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Jumat, 15 Maret 2024 14:00 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Tanah Papua memiliki beragam kuliner lokal yang layak untuk dicicipi. Beberapa makanan tersebut diolah dari bahan pangan khas wilayah timur Indonesia seperti sagu dan sayur lilin.
Dari bahan pangan sagu yang bernilai gizi tinggi, masyarakat Papua mengenal beberapa olahan diantaranya papeda dan sinole atau sagu bakar. Papeda biasa disebut bubur sagu yang disajikan dengan ikan kuah kuning.
Di Papua ada juga sayur lilin, sayuran sejenis tebu yang bisa langsung dimakan. Bentuknya seperti batang sereh namun ukurannya lebih besar dan yang digunakan memasak adalah bagian dalamnya yang menyerupai lilin.
Baca Juga: Ciamik! 5 Kuliner Khas Yogyakarta yang Wajib Kamu Coba, Dijamin Menggugah Selera
Selain itu ada ikan gabus kuah hitam, keladi tumbuk, dan ikan asar atau ikan yang dimasak dengan diasap sehingga tahan lama. Namun berbagai kuliner lokal tersebut mulai jarang ditemui karena bahan baku yang semakin langka.
Keinginan untuk melestarikan makanan lokal inilah yang mendorong seorang perempuan Papua, Usilina Epa, membangun bisnis kuliner yang menyediakan makanan lokal.
Usilina awalnya mendirikan rumah makan "Dapur Mama" di Kampung Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura, Papua. Namun bisnis yang dimulainya pada 2015 tersebut hanya bertahan satu bulan.
Tidak patah semangat, pada 2017 ia membuka kafe yang juga menghadirkan makanan lokal bernama “Sunshine Cafe and Library”. Menu utama yang disajikan adalah asella atau lebih dikenal dengan nama sinole alias dadar sagu.
Saat Sunshine Cafe and Library berusia lima tahun, Usilina membuka kembali rumah makan bernama "Isasai Restaurant" pada 2022 di belakang Expo, Kota Jayapura.
Restoran ini fokus menjual makanan khas Sentani yang mulai hilang. Jadi selain ubi-ubian, sinole dan papeda bungkus, restoran ini juga menyajikan menu ikan gabus asar santan serta kuah hitam.
"Biasanya di pasar Sentani orang menjual ikan gabus sudah diasap lalu tinggal beli dan masak di rumah namun kini sudah jarang," kata perempuan asal Sentani itu.