Nietzsche, Nabi yang Membunuh Tuhan
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Minggu, 04 Februari 2024 00:15 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Berbicara tentang Nietzsche seperti menghadapi meja prasmanan. Menu apa yang mau kita ambil. Ide-idenya banyak, hampir semua tidak disukai oleh orang beragama. Karena dia mengatakan Tuhan telah mati.
Di dalam ilmu ceria, Nietzsche mengabarkan peristiwa terbesar zaman ini (1888) adalah berita bahwa Tuhan telah mati.
Tuhan yang ditemukan oleh manusia dibunuh oleh manusia itu sendiri. Semakin besar orang tidak percaya pada Tuhan, semakin banyak energi yang didapatkan atau dipunyai.
Baca Juga: Pemikiran Nietzsche Ternyata Memberi Ide yang Bermanfaat Bagi Pelaku Bisnis dan Wirausahawan
Konsep adanya Tuhan adalah musuh terbesar dari "eksistensi" manusia. Ide tentang Tuhan berperang dengan hidup.
Kematian Tuhan membuka jalan hidup manusia. Kalau Tuhan meninggal, manusia sendiri menjadi seperti keilahian, Uebermensch, supermen.
Ide tentang Tuhan itu datang dari orang lemah, orang kerdil dan bermental budak. Bagi Supermen, orang kuat tidak menderita penyakit seperti para budak.
Baca Juga: Yudi Latif: Hipotesis Ketuhanan, Diskusi Buku Return of the God Karya Stephen C. Meyer
Supermen tahu kalau Tuhan sudah mati. Gagasan adanya Tuhan itu menggambarkan ketertindasan manusia modern. Walaupun Nietzsche juga mengkritik rasionalitas manusia modern.
Filsuf besar yang lahir di abad 19 ini memang filsuf yang terus hidup sampai hari ini dan masa yang akan datang. Nietzsche yang lahir di Rocken, Jerman Timur tahun 1844 Ayahnya pendeta, kakeknya guru besar teologi. Maka Friedrich Nietzsche merasa bahwa darahnya adalah darah imam.
Kritiknya pada agama, terutama agama Kristen dinyatakan bahwa orang beragama dan yang tidak beragama, sakit dalam ranjang yang sama.
Baca Juga: Puisi Maruli Tobing tentang Tuhan
Nietzsche berfilsafat dengan palu godam. Dengan palu godam itu, dia ingin membongkar keyakinan banyak orang. Baik kebenaran sebelum zaman pencerahan maupun setelahnya.