Benny Susilo Jadi Doktor Pemikiran Islam dengan Disertasi Wahdat Al Wujud dalam Filsafat Mulla Sadra
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 22 Agustus 2023 17:00 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Kesatuan wujud individual dapat dibuktikan secara rasional. Pengalaman mistik adalah sebuah persepsi huduri terhadap kesatuan wujud individual. Demikian dinyatakan Doktor Benny Susilo.
Benny Susilo lulus ujian doktor di bidang Pemikiran Islam dengan predikat sangat memuaskan, dengan nilai 92 dan IPK 3,88. Ujian yang dihadiri lebih dari 60 orang itu diadakan di Auditorium Prof Dr Suwito SPs UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Selasa, 22 Agustus 2023.
Judul disertasi Benny Susilo adalah “Wahdat Al-Wujud dalam Filsafat Mulla Sadra: Dari Kesatuan Wujud Gradatif menuju Kesatuan Wujud Individual.” Sebagai promotor adalah Prof. Dr. Zainun Kamal dan Prof. Dr. Amsal Bahtiar.
Baca Juga: Hasil Kejuaraaan Dunia BWF 2023, Hery IP Ikut Dampingi Amon Sunaryo, Ganda Rinov/Pitha Menang
Benny mengungkapkan, wahdat al-wujud merupakan salah satu isu paling kontroversial dalam dinamika pemikiran tauhid.
Bagi penentangnya wahdat al-wujud adalah suatu kekafiran dan penodaan atas kesucian Tuhan. Sedangkan bagi pendukungnya, wahdat al-wujud adalah bentuk ketauhidan tertinggi.
Mulla Sadra, seorang filosof kenamaaan Persia mengklaim berhasil membuktikan wahdat al-wujud dengan demonstrasi rasional.
Disertasi Benny ini bertujuan mengevaluasi jalan pembuktian yang diambil Mulla Sadra, dari kesatuan wujud bergradasi menuju kesatuan wujud individual dan konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan akibat penerimaan klaim Mulla Sadra.
Baca Juga: Skenario Terburuk Semifinal Piala AFF U23 2023: Nasib Timnas Indonesia Bergantung Pada Laga Ini
Penelitian Benny ini adalah penelitian kualitatif dengan menerapkan metode riset kepustakaan dalam pencarian data. Sumber data primer berupa seluruh karya-karya Mulla Sadra di bidang filsafat, ‘irfan, tafsir Alquran dan hadis tanpa pemilahan demi tercapainya induksi sempurna.
Metode analisis yang diterapkan adalah interpretasi, koherensi intern dan holistika. Penelitian filsafat ini mengunakan bantuan dua disiplin ilmu sebagai pendekatan, yaitu ilmu ‘irfan teoritis dan ilmu logika.
Penelitian Benny menghasilkan beberapa temuan. Di antaranya, mendukung pandangan Mu’allemi bahwa argumentasi Mulla Sadra melalui relasi kausalitas tidak mencukupi untuk penegakan klaim kesatuan wujud individual.
Kekuatan argumentasi hanya membawa pada berubahnya kausalitas (al-‘illiyyah) menjadi hal ihwal (tasha’un). Jika argumentasi relasi kausalitas dijalankan bersamaan dengan argumentasi ketakberhinggaan wajib al-wujud, maka klaim kesatuan wujud individual menjadi dapat diterima.
Baca Juga: Prabowo Subianto Saksikan Pembelian 24 Pesawat Tempur Produksi Boeing Amerika Serikat
Menurut Benny, dua argumentasi ini bagaikan satu keping mata uang yang kedua sisinya harus ada secara bersamaan.
Jika dilihat dari arah makhluk melalui relasi kausalitas, maka wujud makhluk adalah obyek yang direlasikan (mudaf), sekaligus relasi (idafah) dari sebuah relasi iluminatif (al-idafah al-ishraqiyyah).
Jika dilihat dari arah Tuhan maka Dia adalah wujud segala sesuatu dan sumber relasi (mudafilayh).
Temuan dalam penelitian ini memberikan kontribusi bagi cabang ilmu Philosophy of Mysticism, berupa landasan falsafi posibilitas pengalaman mistik. Ini sekaligus memberikan batasan-batasan bagi tafsir pengalaman mistik dan menolak pengalaman mistik sebagai pengalaman hulul dan ittihad.
Baca Juga: Daftar 7 Game PES Terbaik yang Pernah Digemari oleh Para Anak Rental pada Zaman Mereka
Paham wahdat al-wujud dengan berbagai varian penafsirannya hingga kini masih menuai pro dan kontra. Meskipun paham wahdat al-wujud dinisbatkan kepada kelompok sufi, tetapi dari kalangan sufi pun terjadi silang pendapat menyangkut paham ini.
Sebagian besar filosof dan teolog muslim menolak wahdat al-wujud.
Tidak sedikit dari kalangan teolog muslim menilai wahdat al-wujud berimplikasi pada keyakinan inkarnasi Tuhan pada mahluk (al-hulul) dan kesatuan Tuhan dan makhluk (al-ittihad).
Sebagian sufi yang penyokong paham wahdat al-wujud meyakininya sebagai bentuk tauhid tertinggi. Kebanyakan mereka menjadikan pengalaman peleburan (al fana) atau pengalaman mistik (mystical experience) sebagai basis epistemologis klaim bahwa yang ada hanya wujud Tuhan saja.
Baca Juga: Mario Dandy Satriyo Mengaku Siap Bayar Restitusi Rp120 Miliar: Tapi Saya Belum Bekerja
Sidang promosi Benny berlangsung meriah, karena biasanya dalam sidang promosi tidak lagi terjadi perdebatan. Perdebatan mengenai definisi pengalaman mistik disodorkan oleh Prof Dr. Asep Kusman Ismail, MA.
Asep berpendapat bahwa pengalaman kebersatuan dengan sang Ilahi yang dialami para sufi adalah pengalaman mistik kebersatuan dengan sang Ilahi.
Hal ini ditampik oleh Benny yang menyatakan bahwa pengalaman tersebut bukanlah peristiwa hulul atau kebersatuan. Karena sejak awal tidak ada keterpisahan, maka kebersatuan tidak bisa diterima.
Para promotor meminta agar disertasi Benny ini bisa disampaikan kembali dalam bentuk yang lebih bisa dicerna oleh masyarakat luas. Selebihnya hanya saran teknis.***