Rinaldi Napitupulu: Hilirisasi Digital, Apakah Suatu Keniscayaan? (Bagian 1)
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Selasa, 06 Februari 2024 07:42 WIB
Hal ini dimungkinkan karena Google dengan inovasi serta modal besar melakukan Creative Destruction. Melakukan transformasi dari pelanggan yang semula berada total dalam genggaman operator( ketika jaman 2G) menjadi sangat terbuka (dijaman 3G, 4G dstnya).
Saat transformasi ini terjadi, operator lebih menyukai posisi menjadi data provider dan menerima bayaran, ketika memberikan akses kepada Google dan mitra bisnisnya (advertiser), ketika berinteraksi dengan targeted customer (konsumen yang sesuai dengan target advertiser).
Penulis juga meyakini ada 4 industri yang berpotensi dapat melakukan Creative Destruction, sehingga dapat melakukan reposisi atas asset pelanggan (atau dalam penjelasan berikut akan dikenal sebagai asset digital).
Baca Juga: Heru Budi Hartono: Revitalisasi Kali Ciliwung Hilir untuk Cegah Banjir
Keeempat industri dimaksud adalah (1) Telekomunikasi (2) Keuangan (3) Transportasi (4) Listrik. Ada alasan tertentu akan hal ini yang mungkin akan dijabarkan kemudian.
Namun laporan konsultan ini mendapat hambatan, karena pimpinan BUMN merasa hasil laporan agak melebar. Sehingga sempat dimintakan untuk mencabut satu lembar konsep Value Added Network berbasis Freemium.
Di waktu kemudian istilah yang mendekati ini adalah konsep sharing economic. Sebaliknya penulis bersikukuh bahwa ini hasil riset konsultan, jadi kalaulah harus memilih antara mencabut atau tidak dibayar, penulis memilih tetap mencantumkan, walau beresiko tidak dibayar.
Baca Juga: Prabowo Subianto Ingin Wujudkan Cita-cita Jokowi Hilirisasi Semua Sektor
Drama masih berlanjut, karena kebutulan salah satu tim konsultan menyampaikan kejadian ini ke teman senior, beliau saat itu menjabat direktur jendral pada kementrian yang membidangi TIK. Beliau mengingatkan janganlah berkeras dengan pimpinan BUMN tersebut, karena pimpimpinan BUMN adalah the best CIO.
Ketika itu penulis juga sudah meyakini bahwa Creative Destruction pasti akan dilakukan secara mandiri oleh lembaga finansial seperti bank, hal ini telah terbukti saat ini. Juga ternyata ada bukti lain, 2 tahun setelah konsultasi kemudian munculk Gojek.
Hal mana gojek mengandalkan transportasi atau layanan kurir sebagai produk inti dan mengembangkan gurita bisnis, dengan mengelola pola Freemium yang dinamis. Kedinamisan ini diatur sebagai pertukaran value/nilai dalam model freemium diantara gurita bisnis dengan pusat adalah jasa angkutan kurir dan layanan berkendaraan bersama.
Baca Juga: Jokowi Dikadali, Glen Ario Sudarto Mafia Nikel Ditangkap, Siapa Lagi Berikutnya
Sejalan dengan pergantian rejim pemerintahan, konsep TIK Terpadu semakin menguat dan selanjutnya digunakan nomenlatur SPBE (Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik).