Dr HM Amir Uskara: Whoosh, dalam Perspektif Ekonomi Masa Depan
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 19 Oktober 2023 20:56 WIB
Mungkin nilainya dalam beberapa tahun sudah melebihi biaya pembangunan kereta cepat. Belum lagi, citra baik pemerintah yang terkerek akibat berhasilnya mengoperasikan Whoosh.
Ambil contoh kecil. Apakah operasi Busway dan Transjakarts di Jakarta menguntungkan secara bisnis dan bisa BEP dalam beberapa tahun? No!
Busway dan Transjakarta, jelas "proyek rugi" bila dilihat dari ekonomi komoditi atau ekonomi konvensional. Tapi bila dilihat dari aspek branding economy -- dioperasikannya Busway dan Transjakarta yang nyaman dan terintegrasi dalam sistem transportasi Jakarta, sangat menguntungkan. Jakarta sebagai ibu kota negara citranya naik di dunia internasional.
Serendipiti-nya, turis asing yang datang makin banyak dan investasi luar negeri pun makin meningkat di Jakarta.
Baca Juga: Joe Biden Mengatakan Bukan Israel yang Bertanggung Jawab Atas Ledakan Rumah Sakit di Gaza
Dua "item" itu saja sudah cukup untuk mengcounter kerugian atau menutup subsidi operasional Busway dan Transjakarta. Belum lagi citra tentang Jakarta yang naik di dunia internasional akibat sistem transportasinya yang bagus.
Dalam catatan peringkat kota termacet sedunia, sebelum ada Busway dan Transjakarta, posisi Jakarta berada di rentang 10 besar.
Kini, setelah ada Busway dan Transjakarta, termasuk KRL (kereta listrik) dan MRT (mass rapid transportation), posisi Jakarta sudah di bawah nomor 60. Artinya, Jakarta tidak lagi dikategorikan kota macet. Tapi kota yang transportasinya baik.
Dari aspek "branding economy" itulah seharusnya kita melihat KCIC Jakarta-Bandung. Dari aspek commodity economy, memang KCIC rugi. Bahkan mungkin tidak balik modal sampai kiamat seperti kata Faisal Basri. Tapi dari aspek branding economy, KCIC jelas sangat menguntungkan.
Baca Juga: Barcelona Diduga Tersandung Kasus Suap di La Liga Spanyol, Begini Kronologi Lengkapnya!