Bambang Prakuso: Mengapa Literasi dan Mutu Pendidikan Kita Termasuk Terendah di Dunia
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Rabu, 27 September 2023 10:50 WIB
Bukan cuma honornya tak sebanding dengan waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan, tapi masih dipajaki dan dibiarkan bukunya dibajak.
11.Negara masih saja berpikir konvensional. Sekarang untuk menerbitkan karya tulis, pengarang sudah bisa langsung menerbitkan ebooknya tanpa perlu penerbit. Aneh, ketika pemerintah masih membeli ebook langsung dari penerbit.
Inilah yg membuat anggaran literasi membengkak, dan terjadi peluang pembajakan ebook oleh penerbit dan masyarakat. Akibatnya fatal, pemerintah mendorong literasi menulis tapi membiarkan mereka mati.
Kita khawatir bukan saja minat baca kita jatuh ke titik nadir, tapi juga minat bangsa kita untuk menulis. Sedih sekali, sudahlah kita impor beras, terigu, sayur dan buah-buahan, gula, garam dan air, kini harus impor pengetahuan dari luar.
Baca Juga: Indonesia Raih Emas Ketiga di Asian Games 2022 Melalui Cabang Olahraga Wushu
12. Kemendikbud melakukan pemborosan tanpa manfaat. Pemerintah sudah membeli hak cipta buku-buku pelajaran dan membagikannya gratis dalam bentuk ebook. Tapi kementerian Pendidikan masih saja membeli buku buku pelajaran yang sangat tebal dari penerbit.
Ada apa ini? Lalu buat apa ebook yang sudah dibeli dan dibagikan gratis? Mubazir dan pemborosan. Ngono yo ngono, tapi yo ojo ngono?
13. Alasan tidak tepat. Kita mengeluh minat baca rendah karena kurangnya perpustakaan, kita lupa bahwa kita pemilik perpustakaan nomor 2 terbanyak di dunia setelah India. Di bawah kita Rusia dan Tiongkok, negara yang berpenduduk dan lebih besar dan luas dari negara kita.
14. Kita cuma mubah baca. Ketika negara yang pendidikan maju mewajibkan baca terukur, kita hanya mubah baca, artinya dikerjakan tidak apa-apa, tidak dikerjakan juga tidak apa-apa. Program baca 15 menit sehari program tak efektif kalau tahu metode baca SSRA.
15. Tidak pede. Ketika dunia sibuk mengikuti olimpiade baca cepat, kita merasa diri kita tidak pede. Jangankan baca cepat, membaca lamban saja dipelihara.