Bambang Prakuso: Mengapa Literasi dan Mutu Pendidikan Kita Termasuk Terendah di Dunia
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Rabu, 27 September 2023 10:50 WIB
1. Pengetahuan membaca kita dari SD sampai sekarang sama, tidak ada peningkatan. Kecepatan membaca doktor dan lulusan SD tak jauh beda 150-250 kpm (kata/menit) . Kita bisa membaca tapi tidak bisa membaca cepat, benar, dan efektif. Tidak ada kurikulum peningkatan kemampuan membaca di sekolah.
2. Siswa SD SMP dan mahasiswa serta guru kita masih membaca kata demi kata. Akibat baca lamban kita sulit menangkap arti sebuah kalimat atau alinea. Ketika kita tidak mampu menangkap inti kalimat dan alinea, maka kita tidak mengerti narasi sebuah soal.
Inilah sebab mengapa skor PISA kita rendah, karena salah satu penilaian adalah kemampuan membaca, di samping sains dan matematika. Kemampuan membaca kita sangat rendah. Siswa kita tidak tahu apa yang mereka baca.
Baca Juga: Liga Italia, Gol Arkadiusz Milik Pastikan Kemenangan Juventus atas Lecce
3. Bahkan petugas perpustakaan tak mampu baca 1 buku/tahun. Ini adalah fakta, dari 10 petugas perpustakaan yang kami tanya berapa buku dibaca 1 tahun, jawaban mereka 1 pun tidak. Hal yang sama terjadi pada ribuan guru yang kami tanya. Kalau siswa, tidak usah ditanya lagi.
4. Teknologi membaca kita tertinggal. Finlandia, AS, India, Jepang, China dan lain-lain, sibuk belajar baca cepat. Di Indonesia, pengetahuan membaca dianggap tidak perlu. Sekolah enggan ikut kursus baca cepat walau murah, dengan alasan tidak ada dalam Kurikulum.
Akibatnya kecepatan membaca kita jauh tertinggal. Bayangkan kecepatan baca kita maksimal 300 kpm, sementara China dan Amerika telah mencapai 25.000 kpm.
Kemendikbud dan Perpusnas tidak memasukkan kecepatan membaca sebagai kriteria atau indikator minat baca. Tidak berani atau tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu? Jika kita tidak mau berubah, sampai kiamat pun kecepatan membaca kita terendah di dunia.
Baca Juga: Menguak Perkembangan Kawah Batagaika, Pemanasan Global Membuka Rahasia Bawah Bumi
5. Kita berpikir minat baca kita rendah karena buku kurang. Kita tidak pernah tahu rumus meningkatkan minat baca adalah meningkatkan kecepatan membaca.