Syaefudin Simon: Tenggelamnya Rumah Allah oleh Banjir Kapitalisme
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 07 Mei 2023 19:14 WIB
Jam besar di Abraj al-Bait itu akhirnya hanya menjadikan Waktu sebagai jarum besi. Benda mati. Dan bagi yang menganggap Waktu benda mati, yang ada hanya rumus-rumus ibadah tanpa proses sejarah.
Tapi apa arti perjalanan ziarah, tanpa menapak tilas sejarah dan menengok yang pedih dan yang dahsyat di masa silam? Mungkin piknik instan ke kemewahan."
Itulah yang terbersit di anganku. Tentang Makkah dan Kabah yang ditenggelamkan ambisi hedonisme-kapitalisme manusia.
Baca Juga: Cak Islah Bahrowi: Agama Tidak Primitif
Untungnya, kekecewaanku melihat Ka'bah Suci yang muram, terobati saat berada di Masjid Nabawi. Aku masih menyaksikan kebesaran Rasulullah dan Keagungan Allah di sekujur lanskap arsitektur Masjid Nabawi: mengagumkan dan menggetarkan hati setiap orang beriman.
Aku yakin sejarah masa depan, akan menyadarkan otoritas Kerajaan Arab Saudi untuk kembali menempatkan Kabah pada posisi kemuliaan dan keagungannya seperti ketika Rasulullah masih hidup. Kita ingat bahwa Tuhan Maha Kaya, Maha Kreatif, dan Maha Perekayasa. ***