DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Syaefudin Simon: Puisi Denny JA di Makamku

image
Syaefudin Simon tentang puisi Denny JA di pemakaman

Dipinta Ayah dipinta Ibu.
Dipinta Nenek, kakek, dan guru.
Dipinta sekolah, dipinta madrasah
Hingga tiba satu masa
Darta berontak ingin merdeka

Ia berteriak: Tidaaaaakk!!!
Dalam pengap dan sunyi
Pada langit dan bumi.
Darta pun tumbuh dewasa.
Ilmu menjadi kacamata
Dilacaknya realitas di balik doa
Ia selami filsafat, sejarah, dan sastra
Ia tekuni ilmu mumpuni
Khasanah sains dan teknologi.

Ternyata, ternyata, ternyata,
Bukan Tuhan yang mencipta manusia.
Tapi manusia yang ciptakan Tuhan-nya!

Baca Juga: Deretan Kasus Arogansi Anak Pejabat Indonesia yang Pernah Viral, Salah Satunya Tabrak Anak Anak

Sejak itu, doa itu dirobek-robeknya
Serupa mainan kanak yang mesti dilupa
Bukankah ia manusia dewasa?
Mainan kanak tak bisa menipunya!
Tapi kini, di dini hari usia
Ia bukanlah Darta muda
yang merasa gagah dewasa,
tapi Darta yang perlahan menua

Darta yang telah mengembara
Dan kembali ke titik mula.

Darta yang kosong, sunyi, hampa
Jantung menjerit merindu takwa
Dalam keluh ingin teguh
Berserah diri penuh seluruh.
Doa itu tiba

Baca Juga: Ini Fakta Baru Dalam Kasus Penganiayaan David Latumahina, Ada APA yang Jadi Pembisik Mario Dandy Satriyo

Tanpa diminta siapa-siapa.
Berdenyut di nadi, bergema di dada
Pelan menetes bersama airmata.
Tuhanku
Izinkan si anak hilang
Kembali pulang
Ke rumah kasih-Mu.

Itulah puisi sahur pertama Denny JA di Ramadhan 5 tahun lalu. Selama bulan puasa itu, ia menulis 30 puisi esai yang sangat indah.

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7

Berita Terkait