Syaefudin Simon: Puisi Denny JA di Makamku
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 27 Februari 2023 05:51 WIB
“Aku ingin mendengarkan puisi-puisi esai Denny JA,” ujarku. Satrio pun tersenyum
Lho kenapa? Tanya Satrio.
Puisi-puisi Denny JA sangat menarik dan mencerahkan. Jawabku pada Satrio. Denny memang sosok esais dan penulis puisi yang mengagumkan.
Aku memang suka membaca dan mendengar puisi esai Denny JA di Youtube. Puisi Denny, bagiku, tak hanya berisi narasi yang indah. Tapi juga sarat makna. Puisinya sering berkisah tentang pengalaman manusia yang berkelana mencari Tuhannya. Juga pengalaman manusia mencari makna hidupnya.
Baca Juga: Inilah Kronologi Thariq Halilintar Harus Dilarikan Ke Rumah Sakit, Berawal dari Hidung Mimisan
Dalam pengembaraannya, sang pencari tuhan kerap membentur tembok ilmu, logika, dan filsafat. Dan ia gagal menemukan Tuhannya.
Fariduddin Attar (1145-1220), dalam kitab Manthiq al-Thair menggambarkan para pencari Tuhan sebagai kawanan burung yang hendak menemui rajanya. Simorgh, si raja burung itu, posisinya entah di mana.
Kawanan burung yang hendak mencari Simorgh, pergi ke mana-mana – ke dasar lembah dan puncak gunung; ke dalam samudera dan atas langit – tapi tak menemukannya. Ternyata di ujung pencariannya, setelah mereka lelah dan pasrah, kawanan burung itu menemukan Simorgh ada dalam dirinya.
Fabel tentang kawanan burung yang mencari rajanya karya Attar itu mirip dengan puisi tentang Tuhan karya Ibn Arabi. Dalam puisinya, Ibn Arabi mengaku mencari Tuhan di masjid, gereja,dan vihara. Ternyata, Tuhan tak ada di sana. Tuhan ada di hati manusia.
Banyak puisi esai Denny JA mengeksplorasi pencarian Sang Raja. Tulisan Denny, esai atau puisi, jumlahnya sudah mencapai ratusan buku. Dan sampai hari ini terus membanjiri jagad maya. Tiap hari tulisan Denny muncul tanpa lelah di sosial media.