DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Kritik Pedas Ade Armando: PDIP Berhentilah Bersikap Arogan

image
Kader Partai Solidaritas Indonesia, Ade Armando mengeritik pedas PDIP.

ORBITINDONESIA.COM - Terus terang saya merasa ada masalah serius dengan PDIP. Maaf ya, tapi mereka itu sombong. Dan kesombongannya bisa berharga sangat mahal.

Saya menyarankan, PDIP mengerem kesombongannya. Sebagai sebuah partai terbesar, PDIP perlu lebih rendah hati.

PDIP harus sadar bahwa meskipun mereka memperoleh dukungan tertinggi, tapi jauh dari mayoritas.

Baca Juga: Dokter Wayan Viral Karena Apa, Simak Latar Belakangnya Agar Tidak Bingung

Dan PDIP harus sadar bahwa meskipun calon yang mereka ajukan sebagai Presiden, yakni Ganjar Pranowo, memperoleh suara terbesar berdasarkan survei-survei nasional, itu juga masih jauh dari suara mayoritas.

Setiap saat, konstelasi dukungan bisa berubah. Proses pemilihan presiden masih sangat dinamis. Tidak ada sesuatu yang definitif. Karena itu kesediaan untuk bekerja sama dengan kelompok-kelompok lain sangat diperlukan.

Soal PDIP ini, contoh pertama saya adalah sikap mereka terhadap PSI, partai yang saya pilih saat ini untuk bergabung.

Kita semua tahu bahwa PSI sudah cukup lama menyatakan mendukung Ganjar sebagai Capres. Deklarasi PSI mendukung Ganjar itu diumumkan pada Oktober 2022.

Baca Juga: Transformers Rise of the Beasts Kapan Rilis di Indonesia, Catat Jadwal Tayang dan Sinopsis Lengkapnya

Dan keputusan itu dikeluarkan berdasarkan hasil rembuk rakyat yang dilakukan sejak Februari tahun itu. Jadi PSI adalah partai politik pertama yang secara terbuka mengumumkan dukungan pada Ganjar.

Jauh lebih awal daripada PDIP, yang baru menjelang Idul Fitri lalu, menyatakan mencalonkan Ganjar sebagai Presiden.

Kader-kader PSI sudah bergerak aktif untuk memobilisasi dukungan pada Ganjar. Itu adalah fakta.Dan adalah fakta bahwa PDIP cukup lama bimbang soal Ganjar.

Namun ketika pada akhirnya PDIP mengumumkan pencalonan Ganjar, sikap PDIP terhadap PSI terkesan sangat arogan. Ini dapat terlihat pada pernyataan Sekjennya Hasto Kristiyanto.

Baca Juga: Siapa Dokter Wayan, Mengapa Viral, Dimana Alamat dan Profil Lengkapnya, Simak Semua Informasinya di Sini

Di depan media, Hasto dengan sengaja tidak menyebut PSI sebagai salah satu partai pendukung Ganjar Pranowo di Pilpres 2024. Hasto hanya menyebut Hanura dan PPP sebagai partai yang secara resmi mendukung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden.

Namun nama PSI sama sekali tidak disinggung. Hasto malah bicara soal etika politik. Dia bercerita tentang bagaimana komunikasi dengan PPP dan Hanura berlangsung sangat intensif.

Dia kemudian menyindir PSI dengan mengatakan bahwa kerjasama tidak bisa ditentukan secara tiba-tiba. “Etika politik harus dikedepankan,” ujarnya.

Sikap PDIP semacam ini menurut saya sama sekali tidak sehat. Tentu saja adalah hak Hasto untuk membuat pernyataan semacam itu. Tentu saja adalah hak PDIP untuk menganggap remeh PSI atau partai lainnya.

Baca Juga: Kisah tentang Stalin yang Mencabuti Bulu Ayam Dalam Keadaan Hidup

Namun dengan gaya semacam itu, PDIP sebenarnya sedang melakukan penghancuran diri sendiri. PDIP butuh kerjasama dengan pihak lain, atau tepatnya parpol lain. Terutama dalam rangka mensukseskan kemenangan Ganjar untuk menjadi Presiden 2024.

Namun sikap meninggi pimpinan PDIP, sangat mungkin membuat partai-partai lain kehilangan selera.

Dalam pidatonya pada 30 April, Megawati misalnya, memang mengklaim banyak parpol ingin berkoalisi dengan PDIP setelah nama Ganjar diumumkan sebagai capres.

Megawati mengumpamakan kalau PDIP sekarang memiliki 20 gerbong, isinya sudah penuh sesak. “Yang mau ikut banyak banget, cuma malu-malu kucing,” katanya.

Baca Juga: Satrio Arismunandar: Konsep Kanon Sastra di AS Dikritik Karena Kurangnya Keragaman dan Inklusivitas

Pertanyaannya; benarkah banyak parpol lain yang tertarik bergabung dalam kereta PDIP? Kita ambil saja contoh Partai Golkar.

Tidakkah mengherankan bahwa dari Koalisi Indonesia Bersatu, hanya PPP dan PAN yang memilih bergabung dengan PDIP? Kenapa Golkar tidak?

Saya mendapat cerita bahwa Golkar sebenarnya tertarik bergabung, namun akhirnya mengambil jalan lain karena PDIP jual mahal. Pimpinan Golkar memberi pengandaian yang artinya ya kalau kita bergabung, jangan PDIP dong yang mendikte.

Golkar maunya kerjasama dalam hubungan yang setara. PDIP maunya mereka memimpin, Golkar mengikuti. Karena itulah Golkar memilih menjajagi kerjasama dengan Partai Demokrat. Dan Demokrat dipilih karena hubungan kelam antara SBY dan Megawati di masa lalu.

Baca Juga: Link Streaming Pertandingan Brighton vs Man United, Nonton Misi Balas Dendam di Vidio Malam Ini

Karena itu, saya katakan, sikap arogan PDIP bisa menjadikan mereka dijauhi bukan saja oleh parpol lain, tapi juga oleh rakyat pemilih.

PDIP memang partai besar, tapi apa yang terjadi tidak akan bisa meningkatkan suara mereka lebih tinggi lagi dari yang sudah dicapai sekarang. Ya sekitar 20 persenan lah, atau bahkan lebih rendah dari itu.

Namun, buat saya, yang paling harus dikuatirkan adalah efeknya terhadap pencalonan Ganjar. Hasil-hasil survei menunjukkan Ganjar berpeluang besar untuk menang. Tapi keunggulannya sebenarnya tidak terlalu meyakinkan.

Misalnya saja kita bisa melihat hasil survey Indikator yang dirilis akhir April. Indikator mula-mula menyajikan perolahan suara masing-masing kandidat, kalau yang maju ada tiga nama, Ganjar, Anies dan Prabowo.

Baca Juga: SEA Games 2023: Indonesia Melawan Myanmar, Brace Ramadhan Sananta Bawa Garuda Ke Puncak Klasemen

Dalam pertarungan antar tiga capres, suara Ganjar berada paling atas. Ganjar memperoleh 34,0 persen. Prabowo 31,7 persen. Dan Anies 25,2 persen.

Tapi kalau kemudian mengerucut menjadi cuma dua nama, hasilnya berubah. Kalau pertarungannya cuma menyisakan Ganjar versus Anies, yang menang Ganjar

Kalau Prabowo versus Anies, yang menang Prabowo. Tapi kalau Ganjar versus Prabowo, yang menang Prabowo. Jadi yang terjadi adalah seperti kasus Ahok versus Anies dulu saat Pilgub DKI 2017.

Ketika cagubnya ada tiga, Ahok berada di atas Anies dan AHY. Tapi keadaan berubah ketika Pilgub berlangsung dua putaran, karena suara Ahok tidak melampaui 50 persen.

Baca Juga: Danny Welbeck Siap Jalankan Misi Balas Dendam Pada Man United di Laga Tunda Pekan ke 28 Liga Inggris

Dalam putaran kedua, terjadi konsolidasi. Para pendukung AHY yang kalah di putaran pertama bergabung dengan pendukung Anies. Akibatnya Ahok kalah cukup signifikan.

Kali ini juga bisa begitu. Suara terbesar saat ini ada di tangan Ganjar. Tapi tidak mayoritas, dan selisih suaranya dengan Prabowo tidaklah besar. Kalau ada dua putaran, pendukung Anies kemungkinan besar bergabung dengan Prabowo untuk mengalahkan Ganjar.

Hasil SMRC kurang lebih serupa. Memang suara Ganjar mengalami peningkatan seusai dideklarasikan PDIP sebagai capres.

Suara Ganjar sempat anjlok begitu terjadi kasus penolakan keikutsertaan Israel dalam Piala Dunia di bawah usis 20 tahun.

Baca Juga: Kapan Hello Ghost Versi Indonesia Rilis di Bioskop, Catat Tanggal Tayang Film yang Diperankan Onadio Leonardo

Tapi begitu, SMRC melakukan survey setelah PDIP mendeklarasikan Ganjar sebagai capres, suara dukungan Ganjar meningkat mencapai 30,4 persen. Sementara Prabowo 29,5 persen. Anies 19,8 persen. Airlangga 2,9 persen.

Kalau dikerucutkan jadi dua suara, lagi-lagi skenario peleburan suara Anies dan mungkin Airlangga ke kubu Prabowo sangat mungkin terjadi.

Jadi Anda bisa lihat keunggulan Ganjar tidak menjamin bahwa dia akan menang sebagai Presiden. Karena itu image, citra menjadi penting.

Kalau PDIP bersikap arogan, PDIP akan dijauhi oleh partai-partai yang lain. Dan yang berkurang pendukungnya bukan hanya PDIP tapi juga Ganjar. Apalagi karena PDIP terus berusaha membangun image bahwa Ganjar adalah petugas partai yang harus tunduk pada perintah partai.

Baca Juga: Huawei MatePad 11 Bakal Meluncur Bawa Hawa Beda Tablet Rasa PC dengan Inovasi, Ini Harga dan Spesifikasi

Apa yang terjadi pada kasus Israel sudah memberi petanda bahwa Ganjar adalah loyalis yang bersedia tunduk pada instruksi atasan.

Menolak kehadiran Israel adalah sebuah pilihan yang akan mencoreng nama Ganjar. Tapi toh ia tetap melakukannya.

Di mata PDIP, sikap Ganjar menjadi sangat berarti karena itu menunjukkan siap tegak lurus Ganjar mengikuti perintah partai Namun bagi publik, sikap semacam itu bisa justru memperlemah kredibilitas Ganjar sebagai pemimpin.

Karena itu, saran saya pada PDIP, bersikaplah lebih rendah hati. Bersedia bekerjasama, bersedia berbagi, pasti lebih baik daripada menyombongkan diri sendiri. Mari gunakan akal sehat. Karena hanya dengan akal sehat, bangsa ini akan selamat.

(Copas FB Ade Armando) ***

Berita Terkait